Yogyakarta – Program Studi Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada telah melaksanakan kegiatan kuliah umum bersama Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U., dosen purna tugas Prodi Sastra Jawa UGM sebagai narasumber ahli, perkuliahan ini membahas lebih dalam mengenai Sastra Jawa Modern: Dari Padmasusastra ke Suparto Brata. Kegiatan ini terbuka bagi seluruh sivitas akademika UGM yang dilaksanakan pada Selasa (9/11) melalui Zoom Meeting.
Dalam kuliah umum kali ini turut menghadirkan salah satu dosen Prodi Sastra Jawa yaitu Bapak Rudy Wiratama, S.IP., M.A. sebagai moderator dan salah satu mahasiswa Sastra Jawa Angkatan 2019 yaitu Eka Pradipta Kalingga Murda sebagai Master of Ceremony (MC).
Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U. menjelaskan bahwa memilih suatu fokus membutuhkan usaha dan kecintaan. Pada skripsinya, beliau memilih meneliti tentang sastra Jawa modern karena alasan-alasan tersebut. Hal itu terlepas dari banyaknya karya sastra Jawa yang sangat banyak, mulai dari karya sastra Jawa Kuna, karya sastra Jawa pertengahan, dan yang terakhir adalah karya sastra Jawa modern.
“Sebelum beranjak ke sastra Jawa modern, sebelumnya sudah ada karya-karya sastra Jawa lama atau kuna, yang justru karya-karya tersebut merupakan karya para pujangga,” ujar Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U.
Penjelasan dimulai dari pengelompokan karya sastra Jawa berdasarkan waktu munculnya, yaitu ada karya sastra Jawa kuna puisi atau yang dikenal dengan sebutan kakawin, contohnya adalah kakawin Ramayana, Bharatayudha, Negarakertagama, dan lain-lain. Kemudian disusul dengan karya sastra Jawa pertengahan puisi yang merupakan kidung-kidung, sebagai contoh adalah kidung Ranggalawe. Dan yang terakhir adalah karya Sastra Jawa modern yang berwujud novel dan cerpen yang hingga saat ini masih dengan mudah untuk ditemui di masyarakat.
Berlanjut ke sastra Jawa modern, tonggak awal berdirinya karya sastra Jawa masa ini adalah lahirnya novel Serat Riyanto karya R. M. Sulardi, dan novel-novel yang lain karya Margana Djajaatmadja, misalnya saja salah satu novel yang berjudul Ngulandara.
Semakin lama, muncullah novelis-novelis lain, sebagai contoh adalah Suparto Brata yang dengan berani menuliskan cerita-cerita pendek Jawa yang berdialek Surabaya-an. Sebelum ada Suparto Brata, muncul Ki Padmasusastra dengan novel semi-filosofi yaitu novel Serat Rangsang Tuban. Ki Padmasusastra dianggap sebagai perantara sebelum jayanya Suparto Brata. Novel Rangsang Tuban ini masih bersifat tradisional dan istana sentris, tetapi sudah termasuk karya sastra Jawa modern karena isinya yang membahas mengenai penolakan tentang adanya kawin paksa.
Setelah Ki Padmasusastra, Suparto Brata adalah tokoh atau penulis karya sastra Jawa yang terkenal selanjutnya. Jawa Timur sangat maju tentang karya-karya sastra Jawa, oleh karena itu Suparto Brata sangat eksis di Jawa Timur.
Setelah Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U., selesai memaparkan semuanya, sesi pertanyaan dibuka oleh moderator. Sesi pertanyaan dan jawaban berlangsung interaktif hingga di penghujung acara. Dalam penutupnya, Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U., memberikan saran untuk membaca novel Ngulandara sebagai pintu jika ingin mendalami karya-karya sastra Jawa modern.
“Para tokoh-tokoh pioneer sastra Jawa modern semuanya mencirikan hal meskipun dengan cara pengungkapan masing-masing, dengan relatif sama, yaitu perhatian pada masalah-masalah sosial,” ujar Bapak Rudy Wiratama, S.IP., M.A. selaku moderator webinar. Yang membedakan lagi yaitu bahwa karya sastra Jawa modern memiliki gaya-gaya bertutur yang lebih revolusioner jika dibandingkan dengan karya-karya sastra Jawa zaman dulu, dan terdapat keluasan tema yang membahas mengenai hal-hal aktual yang terjadi di masyarakat yang menjadi kekuatan karya sastra Jawa untuk terus hidup dari masa ke masa.
Terakhir, Bapak Rudy Wiratama, S.IP., M.A. menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Akhmad Nugroho, S.U. atas pemberian materi dalam webinar serta harapan-harapan baik untuk pemateri dan mahasiswa-mahasiswa peserta webinar.