Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pedhalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar pentas kolaboratif Wayang Gedhog dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional. Pementasan diadakan pada Kamis, 27 November 2025, pukul 19.00 WIB di Pendapa Tari ISI Yogyakarta. Acara ini merupakan kolaborasi sinergi seniman muda dari UKJGS UGM dengan HMJ Pedalangan ISI Yogyakarta dalam melestarikan seni pertunjukan langka.
Pagelaran Wayang Gedhog untuk memperingati Hari Wayang Nasional ini diselenggarakan oleh HMJ Pedalangan ISI Yogyakarta dengan mengundang UKJGS UGM untuk mengisi atau menjadi partisipan. Sebagai koordinator divisi Pedhalangan UKJGS UGM sekaligus mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa UGM, Muhammad Rafi Nur Fauzy memaparkan hal tersebut menjadi satu kesempatan yang bagus untuk mengenalkan bahwa UKJGS juga bisa berkarya dalam ranah pedalangan juga, sekaligus memeriahkan dalam Peringatan Hari Wayang Nasional.
Peran dhalang dalam Pagelaran Wayang Gedhog ini diembankan kepada Rafi dengan iringan musik oleh anggota UKJGS lain. Pagelaran ini mengangkat Wayang Gedhog karena jarangnya sajian Wayang Gedhog ditampilkan. Wayang tersebut seperti mati suri dalam jangka waktu yang panjang dan dihidupkan kembali beberapa dekade yang lalu. Sajian Wayang Gedhog ini sejatinya dirasakan kaku karena terkekang oleh hierarki keraton dalam isi tampilannya. Wayang Gedhog juga diangkat sebagai pengenalan kekayaan khazanah wayang kepada masyarakat umum.
Lakon Panji Laleyan Duta (Sayembara Keris Jaka Piturun) dipilih untuk ditampilkan karena penyesuaian terhadap situasi dan informasi terkini yang terjadi dan menjadi perbincangan hangat dalam masyarakat, yaitu polemik pergantian raja di Keraton Surakarta (Solo). Menurut Rafi, kita perlu mempertanyakan bagaimana monarki Jawa ini bisa hidup di tengah situasi demokrasi. Tidak hanya Keraton Surakarta, tapi juga di Yogyakarta.
Sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa UGM, Rafi mengungkapkan perasaan senang dan bangga bisa memperoleh kesempatan untuk menampilkan Wayang Gedhog. Saat ini, tidak banyak dhalang yang ingin memainkan Wayang Gedhog karena sajian Wayang Gedhog dinilai sulit karena iringannya itu terpatok. Sajiannya juga hanya beberapa dhalang saja yang mengerti. Dengan bimbingan dosen Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., Rafi dapat dengan baik menampilkan Wayang Gedhog yang dinilai tidak mudah tersebut.
Pagelaran Wayang Gedhog mendukung pencapaian SDGs poin 4 Pendidikan Berkualitas dan poin 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, yaitu sebagai media edukasi dan pengenalan khazanah wayang dan memperkaya pengetahuan tentang warisan budaya di lingkungan akademis, serta sebagai peluang regenerasi seni pertunjukan dan penghidupan bagi seniman muda. Tak hanya itu, pertunjukan ini berkontribusi dalam pencapaian SDGs poin 16 Perdamaian, Keadilan, dan Institusi yang Tangguh dengan menggunakan peran seni sebagai sarana untuk menyuarakan kritik konstruktif terhadap polemik kepemimpinan di Keraton Surakarta. Kolaborasi partisipatif antara UKJGS UGM dan HMJ Pedhalangan ISI Yogyakarta mendukung pencapaian SDGs dan poin 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis : Maysa Putri Fatihah
Editor : Haryo Untoro

