Kuliah di luar negeri dengan beasiswa menjadi impian para pelajar karena bisa memperkaya pengalaman hidup serta bisa merasakan suasana pendidikan yang baru dan mumpuni.
Seperti kisah Kezia Permata, alumnus Sastra Jawa UGM angkatan 2016 membawa kabar yang membanggakan dan penuh inspirasi di tengah adanya pandemi Covid-19 ini. Kelulusannya pada tahun 2020 lalu memberinya banyak kesempatan untuk berkembang, dimulai dari mendapat tawaran untuk bekerja di Pusat Studi Kebudayaan UGM sebagai asisten peneliti dan kesempatan besarnya untuk melanjutkan studi S2 di SOAS (School of Oriental and African Studies) University of London melalui beasiswa Alphawood.
Beasiswa Alphawood adalah beasiswa yang ditawarkan oleh Alphawood Foundation Chicago untuk memajukan studi dan pelestarian seni Buddha dan Hindu di Asia Tenggara. Beasiswa ini diberikan khusus kepada mahasiswa yang berfokus melanjutkan studi S2-nya pada bidang kesenian Hindu dan Buddha di SOAS University of London.
History of Archeology menjadi jurusan pilihan perempuan asli Jogja tersebut dalam melanjutkan studinya di SOAS University of London selama satu tahun ke depan. Kezia sengaja memilih jurusan yang bukan satu linier dengan Sastra Jawa guna memperluas pembendaharaan keilmuaannya. Sehingga, ketika kembali ke tanah air ia tidak hanya berbekal ilmu seputar Sastra Jawa saja sebagai “oleh-oleh”.
Awalnya, Kezia merencanakan untuk mengambil beasiswa LPDP dengan Universitas Leiden sebagai tujuannya dan persiapannya pun hampir sampai tahap registrasi. Akan tetapi, takdirnya berkata lain. Karena menjalin silaturahmi yang baik dengan salah satu dosen di Sastra Jawa UGM, maka suatu hari ia diberi informasi untuk mengambil beasiswa Alphawood di SOAS University of London.
Dalam pengambilan keputusannya, ia mempertimbangkan beasiswa Alphawood karena menawarkan program pelatihan bahasa Inggris untuk mahasiswa internasional dari Asia dan Afrika sesuai dengan kemampuan terakhir yang diraih. Beasiswa tersebut juga menawarkan banyak hal dari segi biaya yang tentunya meringankan, seperti tanggungan biaya sekolah secara penuh, biaya hidup, dan masih banyak lagi.
Berbagai rintangan telah Kezia hadapi dalam meraih pencapaiannya tersebut. “Banyak yang perlu dipersiapkan, yang agak berat itu mendapatkan hasil tes ujian bahasa Inggris, IELTS, sesuai standar yang ditentukan,” paparnya. Kesulitan yang dihadapinya kala itu ialah jadwal ujian IELTS yang terbatas dan kurangnya waktu persiapan. Alhasil, ia tetap berhasil meraih nilai yang cukup tinggi pada IELTS-nya hanya dalam kurun waktu sebulan untuk belajar.
Menurut perempuan anak kedua dari tiga bersaudara ini, aspek-aspek yang dapat membantu untuk meraih keberhasilannya tersebut tidak cukup hanya dengan bidang akademis saja, melainkan juga non-akademis. Kiranya, pengalaman dalam berorganisasi sangat berpengaruh. Ia juga bercerita tentang pertemuannya dengan salah satu pembicara di seminar BWCF (Borobudur Writers and Cultural Festival) ketika ia menjadi liaison officer (LO) untuk beliau. Pertemuan itu tidak menjadi yang pertama dan terakhir. Dari sebatas menjadi pengisi seminar, beliau berubah menjadi mentor yang berperan penting dalam perjalanannya mencapai SOAS University of London.
Kezia berpesan kepada kita bahwa ketika mengikuti suatu event yang di dalamnya berisi orang-orang besar, hendaknya harus aktif dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Bisa saja sewaktu berjumpa dengan orang-orang itu kita bisa memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan mereka. Itulah definisi kesempatan yang datang di waktu dan tempat yang tepat.
Selama perjalanan memperoleh beasiswa ini, Kezia banyak mendapatkan pelajaran yang berharga. Salah satu dari sekian yang selalu ia terapkan hingga kini yaitu, “Cintai apa yang kamu punya,” pungkasnya. Satu kalimat tersebut rupanya sangat berpengaruh dalam perjalanan hidupnya. Ia percaya bahwa sesulit apapun masalah yang kita temui selama kita mencintai proses dan selalu berusaha, kesulitan yang ada akan terasa menjadi lebih mudah.
Terakhir, mengenai cita-cita dan profesi Kezia setelah lulus dari studi S2-nya, ia sendiri masih belum bisa membayangkan. Akan tetapi, ia hanya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat dengan membagikan apa yang dipunya kepada dunia.
“Kalau cita-cita, sih belum ada, ya. Tetapi yang jelas, aku ingin membagikan apa yang aku punya, hal-hal seputar Sastra Jawa, budaya yang kita punya, baik ke luar negeri maupun dalam negeri,” tutup Kezia.
Penulis: Amabilita dan Dhani
Editor: Sindi
Foto: Kezia