Kegiatan MahasiswaSDGSBeritaMahasiswa Senin, 22 Juli 2024
Dalam rangka semarak Dies Natalis ke-57, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM), mengadakan festival karawitan yang berlangsung selama dua hari, yaitu pada 20-21 Juli 2024. Festival ini diikuti oleh 47 kelompok karawitan, baik dari internal maupun eksternal Universitas Gadjah Mada. Salah satu grup yang tampil dalam kegiatan tersebut adalah Gamelan Sastra Nusantara (Gamasutra).
Gamelan Sastra Nusantara (Gamasutra) merupakan sebuah unit yang terdiri atas mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Grup ini berfokus untuk mempelajari, memperdalam, dan menyajikan seni karawitan. Gamasutra mendapat giliran untuk tampil pada hari Minggu, 21 Juli 2024, tepatnya pada sesi kedua yang diselenggarakan pada pukul 13.00 WIB. Para penampil, yang terdiri atas beragam angkatan, menyajikan Gending Ladrang Bogasampir, Ketawang Kasatriyan, dan Lancaran Sebet dengan laras slendro pathet sanga.
Dikutip utuh dari Filsafat UGM (2024, 21 Juli). Festival Karawitan Dies Natalis ke 57 Fakultas Filsafat UGM Hari ke-2 Sesi 2. Youtube. [32:36], https://www.youtube.com/watch?v=oQYastAouYg
Dilansir dari gloriabarus pada laman filsafat.ugm.ac.id (2024, 20 Juli), Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., dekan Fakultas Filsafat, dalam sambutannya menerangkan bahwa keberadaan festival karawitan menjadi wadah untuk menikmati, melestarikan, dan meresapi nilai-nilai filosofis dari seni musik tradisional Jawa ini. Dalam hal ini, Gamasutra sebagai perpanjangan dari Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, ikut serta dalam kolaborasi ini dengan tujuan melestarikan sekaligus menghidupkan kesenian adiluhung tersebut Melalui festival karawitan, diharapkan seni karawitan dapat terus dihargai dan dikembangkan, tidak hanya tetap indah dan lestari, namun juga relevan, hidup, serta bermanfaat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Gloriabarus. (2024, 20 Juli). Fakultas Filsafat Gelar Festival Karawitan Selama Dua Hari, Menampilkan 47 Kelompok Karawitan Se-DIY. Filsafat.ugm.ac.id. https://filsafat.ugm.ac.id/2024/07/20/fakultas-filsafat-gelar-festival-karawitan-selama-dua-hari-menampilkan-47-kelompok-karawitan-se-diy/
SUMBER GAMBAR
Filsafat UGM (2024, 21 Juli). Festival Karawitan Dies Natalis ke 57 Fakultas Filsafat UGM Hari ke-2 Sesi 2. Youtube. [32:36], dari https://www.youtube.com/watch?v=oQYastAouYg
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Kamis, 18 Juli 2024
Rabu (17/07/2024), Pura Pakualaman melaksanakan upacara adat Labuhan yang bertempat di Pantai Glagah, Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Upacara Labuhan ini dilakukan setiap 10 Muharram atau 10 Sura. Bersama dengan dosen sekaligus abdi dalem Pura Pakualaman, Dr. Ratna Saktimulya, M.Hum., sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) berkesempatan mengikuti prosesi adat Labuhan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, terdapat ketentuan khusus berupa busana yang harus dikenakan oleh para mahasiswa. Busana mahasiswa adalah baju adat pranakan dan jarit, sedangkan busana mahasiswi adalah kebaya beserta jarit. Para peserta berkumpul pada pukul 06.00 WIB di Pura Pakualaman sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pesanggrahan Glagah menggunakan bus. Sesampainya di sana, mahasiswa mengikuti rangkaian upacara dan pemberkatan. Ubarampe yang telah didoakan kemudian diarak dan para partisipan mengikutinya menuju Joglo Labuhan. Beberapa gunungan kemudian dilarung ke laut.
Pengadaan tradisi Labuhan ini adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, mendoakan para leluhur, serta mengharapkan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi para mahasiswa, tradisi Labuhan di Pantai Glagah merupakan kesempatan emas untuk terjun langsung dan memahami bentuk kebudayaan Jawa yang adiluhung ini. Pengalaman dan interaksi kultural secara langsung ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan kompetensi keilmuan mereka.
Dengan demikian, kesempatan yang diberikan Pura Pakualaman kepada mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa adalah upaya nyata dalam membangun pemahaman sekaligus langkah pelestarian kebudayaan Jawa.
Sumber gambar: Kemeparekraf.go.id
Apa yang terlintas di benak mahadaya jika mendengar kata jamu? Minuman tradisional? Minuman yang dibawa mbok jamu? atau mungkin frasa populer ’beras kencur’? Benar, jamu dikenal oleh masyarakat luas sebagai pengobatan tradisional berbentuk minuman yang adalah wujud dari kebudayaan Jawa. Namun, bagaimana jika jamu atau metode pengobatan tradisional Jawa tidak hanya diminum? Apakah mahadaya mengetahuinya?
Merujuk pada Wulandari (2011) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Serat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Taman Siswa): Sebuah Dokumentasi Pengobatan Tradisional, terdapat sebuah naskah kuno cetak beraksara Jawa cetak yang merekam pengetahuan pengobatan para sesepuh. Naskah tersebut berjudul Serat Primbon Jampi Jawi. Naskah Serat Primbon Jampi Jawi membahas tentang pengobatan, dari macam-macam penyakit, cara mengobatinya, hingga berbagai macam tanaman dan khasiatnya. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Tan Khoen Swie tahun 1933 dan merupakan naskah koleksi Perpustakaan Taman Siswa.
Pada naskah Serat Primbon Jampi Jawi, terdapat beberapa metode pengobatan tradisional Jawa dengan pemakaiannya selain diminum. Berikut keterangannya:
Tapel adalah sebuah bentuk jam atau obat yang dapat digunakan dengan diusapkan di perut (Poerwadarminta, 1939, dalam Wulandari, 2011). Terdapat 16 penyakit yang dapat disembuhkan dengan cara tersebut. Namun, penulis akan menyebutkan lima saja dalam artikel ini, yaitu anak mengidap diare, anak cacingan, orang tua yang merasa perutnya sesak, dan orang tua yang tidak bisa buang angin atau kencing. Berikut contoh terkait penyakit dan pengobatan dengan tapel sebagai berikut:
Tiyang sepuh seneb padharanipun; Cangkok tigan ayam ingkang sampun netes, jae, kapipis kaemoran lisah sulung, kaangge napeli padharan.
Terjemahan:
(Tapel untuk) orang tua yang terasa sesak perutnya: kulit telur ayam yang sudah menetas, jahe, dihaluskan dicampur (dengan) minyak sulung dipakai untuk diusapkan di perut.
Jamu boreh mirip dengan tapel, perbedannya adalah pada ramuan jejamuan yang dicairkan lalu dibalurkan ke seluruh tubuh. Berikut beberapa sakit yang dapat disembuhkan, antara lain anak yang terkena sawan, anak yang terkena sawan di sembarang tempat, anak yang mengidap sakit demam dan keluar cacing, seseorang mengidap panas dingin, dsb. Adapun satu contoh penyakit dan pengobatannya adalah sebagai berikut:
Lare sawanen sadhengah sawan: ron wungu, santen kapipis kanngge amborehi badan sakojur
Terjemahan:
Anak yang terkena sawan disembarang tempat: daun wungu, santan, dihaluskan dibalurkan di seluruh tubuh
Beberapa mahadaya mungkin berpikir apakah jamu ini disajikan dengan cara dicekokkan dan atau dipaksakan? Jawabannya iya. Penyajian jamu cekok adalah dengan memeraskan jamu dengan kain di atas mulut secara paksa, biasanya untuk anak kecil (Tim Penyusun, 2002, dalam Wulandari, 2011). Fungsi dari jamu ini untuk kesehatan atau upaya untuk menyembuhkan penyakit. Beberapa hal yang diobati antara lain anak mengidap diare, anak sakit panas di sekujur badan, anak terkena sakit panas dalam, anak mengidap sawan, dsb. Contoh penjelasan jamu cekok terhadap satu penyakit, yaitu:
Lare sakit kenging sawan; dringo bengle, kunir, jinten cemeng, mesoyi, kemukus, brambang kapipis kacekokaken.
Terjemahan:
Anak yang sakit (terkena) sawan, : dringo, bengle kunyit, jinten hitam, mesoyi, kemukus, bawang merah dihaluskan dan dicekokkan.
Jamu sembur? Benar, mahadaya tidak salah baca. Walaupun terdengar ‘di luar nalar’, namun demikianlah adanya. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan cara ini antara lain, anak terkena sawan, anak sakit batuk, anak sering menangis di malam hari, seseorang sakit di bagian dada dan sesak, dsb. Berikut contoh penjelasan tentang penyakit dan pengobatannya dengan sembur, yaitu:
Lare sakit watuk: sekar blimbing wuluh, jinten, mesoyi, kencur, kabenem, kamamah kasemburaken padharanipun.
Terjemahan :
Anak yang sakit batuk : bunga belimbing wuluh, jinten, mesoyi, kencur, dikunyah dan disemburkan di perut (anak yang sakit).
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, A. (2011, Desember). Serat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Taman Siswa): Sebuah Dokumentasi Pengobatan Tradisional. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara, 2(2), 30-56. https://doi.org/10.37014/jumantara.v2i2.135
DAFTAR GAMBAR
Kemenparekraf.go.id. (t.t.). Jamu, Ramuan Herbal Khas Indonesia yang Mendunia. Diakses dari https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/jamu-ramuan-herbal-khas-indonesia-yang-mendunia
Perpustakaan Nasional dengan École française d’Extrême-Orient (EFEO) bekerja sama dan mengadakan kursus intensif internasional Bahasa Jawa Kuno pada tanggal 01-10 Juli 2024. Kegiatan ini berlangsung di The Cangkringan Jogja Villas & Spa, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, D.I. Yogyakarta, dan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai latar belakang. Para ahli di bidang Jawa Kuno hadir untuk melatih para peserta agar memahami seluk-beluk Bahasa Jawa Kuno.
Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dua dosen Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, yaitu Nurmalia Habibah, S.S., M.A. dan Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A., hadir sebagai pengajar. Selain itu, Haryo Untoro, mahasiswa dari program studi yang sama, menjadi salah satu peserta kursus intensif tersebut.
Nurmalia Habibah, S.S., M.A. membimbing peserta dalam mempelajari teks Adiparwa
Proses belajar teks Kakawin Ramayana bersama Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A.
Selama 10 hari, para peserta berlatih bahasa Jawa Kuno. Pada lima hari pertama, hal yang harus dipahami adalah morfosintaksis bahasa Jawa Kuno. Lima hari berikutnya, para peserta mulai mendalami karya-karya yang menggunakan bahasa Jawa Kuno, seperti Adiparwa, Kakawin Ramayana, Pararaton, Prasasti Landa, dan lain sebagainya. Selain itu, peserta juga mengikuti program ekskursi ke beberapa situs purbakala masa Hindu-Buddha, yaitu Candi Sewu, Candi Plaosan, dan Candi Ratu Boko.
Kursus intensif Bahasa Jawa Kuno ini bertujuan melatih para filolog dalam bidang Jawa Kuno serta mendorong kolaborasi internasional dalam bidang langka tersebut. Bidang Bahasa Jawa Kunp berperan penting untuk mengungkap beragam khazanah masa lampau, baik dalam kebudayaan, pengetahuan, kesejarahan, maupun hal lainnya. Penggalian khazanah-khazanah ini merupakan upaya untuk mengungkap jati diri bangsa serta meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak guna mewujudkan keberlanjutan bidang Jawa Kuno serta dapat relevan dengan perkembangan zaman.
BeritaKarya MahasiswaKegiatan MahasiswaLain-lainMahasiswaSDGS Rabu, 3 Juli 2024
Sebagai bentuk pembelajaran sekaligus pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pada Selasa, 28 Juni 2024, UGM mengadakan Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024. Acara tersebut berlangsung di halaman Gedung Balairung pada siang hari dengan berbagai penampilan menarik, salah satunya adalah Tari Angguk
Tari Angguk adalah tarian tradisional khas Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penampilan ini dibawakan oleh mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Para penari, yaitu Arin, Dhiny, Galuh, Kintan, Nanda, Novalia, Wening, Audrey Gizella, Eka, dan Pinky, berhasil memukau penonton. Nanda, salah seorang penari, mengungkapkan bahwa Tari Angguk yang mereka bawakan mendapat sambutan meriah dan gemuruh tepuk tangan dari penonton. "Aku dan teman-teman berusaha untuk mempersembahkan penampilan yang memuaskan. Ketika ditampilkan, para audiens memberikan tanggapan yang sangat meriah dan tepuk tangan yang bergemuruh," ujarnya dalam wawancara (01/07/2024).
Tari Angguk menjadi elemen penting yang menghiasi Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024. Lebih dalam lagi, kehadiran Tari Angguk mencerminkan keragaman budaya masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa program KKN-PPM UGM berkontribusi kepada masyarakat yang beraneka ragam, wujudnya berupa penerjunan mahasiswa ke 35 provinsi di Indonesia.
Penampilan Tari Angguk juga merupakan upaya konkret dalam nguri-uri (melestarikan) dan ngurip-urip (menyemarakkan) kebudayaan daerah. Usaha pelestarian dan penghidupan kebudayaan daerah merupakan bentuk pemertahanan dan pelekatan identitas bangsa. Dengan mempelajari, memahami, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan kearifan lokal, maka turut berperan dalam pengembangan pendidikan dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk merealisasikannya, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak guna memaksimalkan dan menjaga keberlangsungan program tersebut. Oleh karena itu, penampilan Tari Angguk dalam Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024 berhubungan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 4 dan 17.
BeritaKarya MahasiswaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Rabu, 3 Juli 2024
Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), kembali mengadakan kegiatan Macapatan Jumat Legen pada Hari Kamis, 27 Juni 2024. Acara tersebut bertempat di Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) dan mengangkat sebuah karya sastra Jawa yang populer, yaitu Serat Wedhatama.
Serat Wedhatama, sebuah karya sastra yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Mangkunagara IV, merupakan karya yang sarat dengan piwulang tentang konsep ketuhanan serta ajaran moral dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Naskah Serat Wedhatama yang tersimpan di Perpustakaan Istana Mangkunegaran Surakarta terdiri dari 100 pada (bait) dan dibagi ke dalam beberapa pupuh, yaitu:
Acara menghadirkan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., sebagai pemateri, dan dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan. Selain itu, Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., turut dalam menembangkan Serat Wedhatama di acara pembuka dan beberapa mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa turut serta menabuh gamelan, menambah khidmat suasana acara. Keaktifan peserta dalam membaca dan menembangkan Serat Wedhatama menciptakan suasana yang penuh dengan keindahan.
Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., dan mahasiswa menampilkan Serat Wedhatama
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., dalam kesempatan tersebut, menekankan bahwa Serat Wedhatama, dengan nilai-nilai filosofis dan pesan moralnya, dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pengaktualisasian tersebut perlu diperhatikan agar dapat relevan dengan kondisi pada saat ini.
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. sedang memaparkan Serat Wedhatama
Macapatan Jumat Legen bertujuan untuk untuk menghidupkan tradisi Macapatan dan melestarikan tradisi ini kepada generasi muda. Pelestarian tradisi ini dan penggalian informasi dari karya-karya sastra seperti Serat Wedhatama adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Kolaborasi berbagai pihak, seperti antara Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dengan Pusaka Jawa UGM, adalah sebuah upaya untuk memaksimalkan usaha pelestarian tersebut. Dengan demikian, penyelenggaraan Macapatan Jumat Legen ini sejalan dengan butir ke-4 dan butir ke-17 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).
BeritaKegiatan MahasiswaLain-lainMahasiswaSDGS Rabu, 29 Mei 2024
Pada hari Senin, 27 Mei 2024, Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa mengadakan kuliah lapangan dalam rangka mata kuliah Kodikologi. Kegiatan ini diselenggarakan di Perpustakaan Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta dan Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Para peserta kegiatan ini adalah mahasiswa peserta mata kuliah Kodikologi 2024, dipandu oleh Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Dalam kuliah lapangan ini, mahasiswa mendapat kesempatan untuk melihat dan mempelajari secara langsung manuskrip, arsip, dan upaya preservasi naskah-naskah tersebut. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di sini, mahasiswa dijamu terlebih dahulu dengan minuman teh hangat khas Keraton Yogyakarta. Setelah itu, mereka dibagi menjadi empat kelompok dan dipandu oleh abdi dalem untuk mengamati secara mendalam koleksi manuskrip, arsip, dan proses restorasinya.
Mahasiswa mengamati penjelasan dan menikmati jamuan yang disediakan oleh Keraton Yogyakarta.
Lokasi kedua yang dikunjugi adalah Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Pada tempat tersebut, para peserta disuguhi jamu beras kencur dan beberapa hidangan tradisional. Setelah menikmati hidangan, para peserta diberi kesempatan untuk melihat langsung koleksi manuskrip dan arsip. Mereka juga mendengarkan penjelasan dari pustakawan mengenai kondisi, aspek, dan pelestarian naskah-naskah tersebut.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari dosen pembimbing Mata Kuliah
Pelaksanaan kuliah lapangan ini berjalan dengan baik dan lancar. Para mahasiswa sangat antusias, terlihat dari tingginya rasa ingin tahu mereka terhadap berbagai koleksi naskah dan arsip, serta tahap-tahap revitalisasinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang pelestarian dalam bentuk pengenalan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, kepada generasi muda. Dengan demikian, diharapkan rasa cinta terhadap budaya bangsa pada generasi muda terus tumbuh dan dapat diwujudkan dalam upaya-upaya nyata untuk tetap nguri-uri (melestarikan) dan ngurip-urip (menghidupkan) jati diri bangsa tersebut.
Keberadaan berbagai manuskrip dan arsip merupakan sumber jejak sejarah sekaligus cermin dari kehidupan budaya pada masanya. Oleh karena itu, pelestarian bukti-bukti sejarah dan penggalian informasi di dalamnya perlu dilakukan sebagai langkah untuk memahami bentuk kebudayaan, pengetahuan, sejarah, dan kejayaan Nusantara. Selain itu, sinergi dari berbagai pihak diperlukan demi mewujudkan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan poin keempat dan poin ketujuh belas pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu menghadirkan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta kerjasama antarkemitraan untuk mencapai tujuan.
Penulis : Nanda Nursa Alya & Haryo Untoro
Editor : Haryo Untoro
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Senin, 27 Mei 2024
Yogyakarta (27/05/2024) – Pada Rabu (22/05/2024), Ruang Auditorium Soegondo lantai 7 penuh akan rasa syukur dan bahagia. Senyum haru para mahadaya yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya dan meraih hasil yang memuaskan. Penyerahan dokumen kelulusan berupa ijazah dan transkrip akademik adalah waktu yang dinantikan, sebab menandai sahnya kelulusan mahadaya dan resmi menyandang gelar sesuai program studi yang ditempuhnya masing-masing.
Dalam acara yang penuh hikmat itu, empat mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, FIB, UGM, menghibur para wisudawan dan wisudawati serta para hadirin dengan Tari Angguk. Mereka adalah Novalia Hidayatus Solihah, Nanda Fitri Riyantika, Wening Hidayati, dan Audrey Gizella. Tari Angguk yang dibawakan oleh empat mahasiswi berhasil membuahkan senyuman manis dan decak kagum para wisudawan/wisudawati serta para tamu.
Tentu terdapat beragam cerita dibalik kesuksesan penampilan Tari Angguk tersebut, mulai dari waktu latihan yang terbatas hingga gangguan iringan musik saat pementasan. “Sebelum penampilan, kami merasa cemas karena waktu latihan kami hanya tiga kali. Namun, kami berempat memberanikan diri untuk tetap tampil. Selama penampilan, ada saat dimana musik iringan tiba-tiba terulang kembali. Kami berusaha untuk tenang dan melanjutkan tariannya. Alhamdulillah, keseluruhan pertunjukan dapat berjalan dengan baik. Meskipun terdapat kekurangan, kami merasa puas dan bangga dapat menghibur para hadirin pada acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM,” terang Wening Hidayati dalam wawancara (24/05/2024).
Mengutip dari disbud.kulonprogokab.go.id (2020, 05 Agustus), Tari Angguk merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo. Diyakini kesenian ini muncul sekitar tahun 1900, tepat ketika para tentara dan opsir Belanda menduduki wilayah Kabupaten Purworejo. Dansa dan nyanyian para tentara itulah yang menjadi cikal bakal Tari Angguk yang muncul di Kecamatan Kokap, daerah yang berbtasan langsung dengan Purworejo. Awalnya, kesenian Angguk ditarikan oleh laki-laki. Pada tahun 1991, Tari Angguk pertama kali ditarikan oleh perempuan di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap.
Wening, Nanda, Novalia, dan Audrey bersama Dr. Daru Winarti, M. Hum., Ketua Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
Penampilan Tari Angguk dalam acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM berhasil berjalan dengan meriah. Pertunjukkan ini juga menjadi wujud nyata mahasiswa dan mahasiswi Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam nguri-uri ‘melestarikan’ dan ngurip-urip ‘menghidupkan dan menyemarakkan’ kebudayaan Nusantara, khususnya budaya Jawa. Pelestarian terhadap jati diri bangsa dapat dilaksanakan dengan sinergi dari berbagai pihak, sehingga dapat berdampak luas bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Daftar Referensi
Disbud.kulonprogokab,go,id. (2020, 05 Agustus). Tari Angguk Kesenian Tradisional Kulon Progo. Diakses pada tanggal 24 Mei 2024, dari https://disbud.kulonprogokab.go.id/detil/356/tari-angguk-kesenian-tradisional-kulon-progo
BeritaImbasadiKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Rabu, 22 Mei 2024
Yogyakarta (22/05/2024) - Universitas Gadjah Mada berhasil meraih juara umum dalam perhelatan Sarasehan Nusantara XI Imbasadi. Sarasehan Nusantara XI diselenggarakan di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja (STAH N Mpu Kuturan Singaraja) pada 17-19 Mei 2024 secara luring. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini mengangkat tema “Bhinneka Tunggal Ika: Harmony in Diversity” dengan memuat berbagai acara, seperti berbagai perlombaan, seminar lontar, hingga pada puncak acara berupa malam penganugerahan dan pemilihan Putra dan Putri Imbasadi 2024.
Perlombaan yang diadakan selama Sarasehan Nusantara XI cukup beragam. Terdapat enam (6) perlombaan, antara lain Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN), pemilihan Putra dan Putri Imbasadi 2024, lomba tipografi nasional, lomba musikalisasi puisi, lomba poster kebudayaan, dan video dokumenter budaya.
Kontingen Universitas Gadjah Mada yang diwakili oleh Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) mengirimkan delapan (8) mahasiswa untuk mengikuti seluruh rangkaian acara. Delapan (8) mahasiswa tersebut di antaranya Bima Muslih Wicaksono (angkatan 2022) sebagai ketua delegasi, Haryo Untoro (angkatan 2022), Muhammad Siswoyo (angkatan 2022), Kintan Dewinta Putri (angkatan 2022), Ganes Larasati (angkatan 2023), Meifiri Arini Pitaloka (angkatan 2023), Muhamad Rafi Nur Fauzy (angkatan 2023), dan Rafif Wicaksono (angkatan 2023).
Setelah mengikuti serangkaian acara, delegasi Universitas Gadjah Mada membawa kabar gembira dengan mendapatkan beberapa nominasi juara dalam beberapa lomba, yaitu:
Lomba Poster Kebudayaan menggambarkan keberagaman latar belakang masyarakat Indonesia, yaitu suku bangsa, agama, dan ras, yang hidup dengan harmonis.
Pemilihan Putra dan Putri Imbasadi melalui seleksi yang ketat, mulai dari pemberkasan, uji minat bakat, public speaking, hingga tahap grand final. Setelah melalui rangkaian proses yang panjang, Ganes Larasati berpasangan dengan Reidha Prastya dari Universitas Sebelas Maret Prodi Sastra Daerah diberi amanah sebagai Runner-up 2.
Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional yang ditulis memuat judul Representasi Harmoni Jagat dalam Syair Drojogan Wayang Kulit Jawa Timuran Subgagrag Surabaya. Penelitian ini mengangkat objek material berupa syair Drojogan, sebuah suluk atau sulukan yang ditembangkan seorang dalang sebelum wayang kulit Jawa Timuran subgaya Surabaya ini dimulai. Pengungkapan gaya bahasa pada syair Drojogan yang memuat penggambaran dari sarana, media, dan pelaku pergelaran wayang kulit serta pelestariannya menjadi titik berat dari Karya Tulis Ilmiah ini.
Lomba Tipografi Nasional berupa lukisan rumah adat Jawa, yaitu Joglo, yang dihiasi dengan tulisan aksara Jawa yang indah dan presisi.
Selain empat perlombaan di atas, Universitas Gadjah Mada dinobatkan sebagai juara umum dalam kegiatan Sarasehan Nusantara XI Imbasadi.
Penobatan Runner-up 1 Putra dan Putri Imbasadi 2024
Penyerahan piala Juara Umum kepada delegasi Universitas Gadjah Mada
Tercapainya pencapaian tersebut tidak terlepas dari semangat mahasiswa Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, FIB, UGM, dalam mengangkat, mengapresiasi, melestarikan, dan menyemarakkan ragam budaya yang hidup di Indonesia dalam sebuah ikatan harmoni. Dengan penyelenggaraan Sarasehan Nusantara XI dan gelar juara yang diperoleh, diharapkan dapat memantik semangat para mahasiswa untuk terus menjaga dan mengangkat warisan budaya yang ada serta dapat mempererat jalinan relasi antar mahasiswa program studi sastra daerah se-Indonesia.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada segenap pihak yang berperan serta dalam mendukung dan menyelenggarakan acara ini. Kami juga memohon dukungan dan doa restu agar kegiatan Temu Budaya Nusantara XXX yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Indonesia beragam, Imbasadi menyatukan
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Senin, 20 Mei 2024
Yogyakarta (20/05/2024) – Wayang kulit, sebuah kesenian tradisional yang diakui oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non-bendawi Manusia, memiliki nilai historis, filosofis, dan artistik yang tinggi. Seni wayang dianggap sebagai salah satu puncak kebudayaan Jawa, sehingga penting bagi generasi muda, untuk mengenal, memahami, dan melestarikan warisan adiluhung tersebut.
Dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai wayang kulit, Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa menyelenggarakan kuliah lapangan untuk mata kuliah Sastra Wayang pada tanggal 16 Mei 2024. Kegiatan ini dilaksanakan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat langsung wayang dan naskah-naskah berkaitan dengan wayang.
Foto bersama peserta kuliah lapangan sedang mengamati koleksi wayang.
Kuliah lapangan ini diikuti oleh mahasiswa peserta mata kuliah Sastra Wayang dan dipandu oleh dosen pengampu, yaitu R. Bima Slamet Raharja, S.S., M.A., dan Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A. Selama kegiatan, para mahasiswa mendapatkan akses langsung untuk mengamati berbagai koleksi wayang serta naskah-naskah yang berkaitan dengan wayang kulit. Antusiasme mahasiswa terlihat sepanjang kegiatan ini, menunjukkan ketertarikan mereka untuk mengetahui lebih dalam mengenai kekayaan budaya yang dimiliki bangsa.
Keluaran dari kuliah lapangan ini tidak hanya berupa presentasi tentang hal yang telah dipelajari, tetapi juga sebagai ajang pengenalan serta penumbuhan rasa cinta dan bangga terhadap budaya bangsa. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menambahkan pengalaman dan menjadi sarana pengembangan kompetensi keilmuan para peserta. Dengan demikian, kuliah lapangan tersebut selaras dengan poin keempat dari tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dalam lingkup pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa.
Penulis: Nanda Nursa Alya
Editor: Haryo Untoro
S | S | R | K | J | S | M |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 |
S | S | R | K | J | S | M |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 |