- Beranda
- Pos oleh
- page. 2
haryountoro
Kamastawa Mengajar dan Berbagi Hadir Kembali: Berbagi Tawa, Ilmu, dan Rezeki di Panti Asuhan PYI
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Monday, 23 September 2024
Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Keluarga Mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa (Kamastawa) kembali menggelar acara “Kamastawa Mengajar dan Berbagi” pada Minggu, 22 Oktober 2024. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara divisi sosial dan masyarakat (sosmas) serta divisi keilmuan, dengan tujuan memberikan dampak positif kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak di Panti Asuhan PYI Yatim dan Zakat cabang Wirobrajan, Yogyakarta.
Terdapat 16 anak-anak dari jenjang kelas 1 SD hingga 1 SMP yang terlibat dalam acara tersebut. Acara dibuka pada pukul 09.00 WIB dengan sesi pembukaan dan perkenalan. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa dan anak-anak berkesempatan untuk bermain bersama, menciptakan suasana ceria dengan canda dan tawa. Kebersamaan ini menjadi fondasi penting dalam merajut keakraban antara mahasiswa dan peserta.
Sesi pembukaan dan perkenalan
Setelah sesi perkenalan dan permainan, acara berlanjut dengan kegiatan belajar-mengajar. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai jenjang pendidikan: kelompok 1 untuk kelas 1-2 SD, kelompok 2 untuk kelas 3-4 SD, dan kelompok 3 untuk kelas 5 SD hingga 1 SMP. Setiap kelompok mendapatkan materi yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka, mulai dari percakapan bahasa Jawa sehari-hari, menulis aksara Jawa, konsultasi tugas mata pelajaran Bahasa Jawa, dan lain sebagainya. Beragam metode pengajaran digunakan oleh mahasiswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Sesi belajar-mengajar
Setelah sesi belajar selesai, tibalah saatnya ice breaking, di mana para peserta diajak bernyanyi bersama lagu aja ndomblong aja dan mengikuti tebak-tebakan berhadiah. Sesi ini berhasil memantik anak-anak itu aktif dengan cara yang mengasyikkan.
Pemberian hadiah kepada peserta pemenang tebak-tebakan
Antusiasme anak-anak dapat dirasakan dari awal hingga akhir kegiatan, terutama ketika pembagian bingkisan kecil sebagai apresiasi atas keaktifan para peserta. Selain itu, Kamastawa juga memberikan buku Pepak Basa Jawa dan buku bacaan sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan pendidikan peserta kedepannya. Diharapkan, para peserta dapat dengan mudah mengakses pengetahuan da memperkaya wawasannya, tidak terkecuali yang berkaitan dengan pengetahuan dan pelestarian budaya Jawa.
Penyerahan buku-buku bacaan kepada pihak panti asuhan
Hadiah yang diberikan mungkin dinilai sederhana. Akan tetapi, doa, harapan, dan niat yang tulus untuk berbagi akan terus hidup dan menjadi landasan dalam pelaksanaan program ‘Kamastawa mengajar dan berbagi’ kini dan nanti.
Pangkur
College StudentMacapatStudentStudent's Work Wednesday, 18 September 2024
Dening: M. Rafi Nur Fauzy
akeh wong kang padha têka
nggawa darma amêjang mring sireki
nyata goro kumatungkul
kagunggung sukeng tyasnya
datan dunung ing sarak sanyatanipun
mula sire den prayitna
nulya amundura kaki
Pangkur
Karya MahasiswaMacapatMahasiswa Wednesday, 18 September 2024
Dening: M. Rafi Nur Fauzy
akeh wong kang padha têka
nggawa darma amêjang mring sireki
nyata goro kumatungkul
kagunggung sukeng tyasnya
datan dunung ing sarak sanyatanipun
mula sire den prayitna
nulya amundura kaki
Asmarandana
MacapatStudentStudent's Work Wednesday, 18 September 2024
Dening: Fauzan Adi Fadurrahman
Sinasmita sêrat iki
minangka criyos sih smra
pêpengêt kang wus kadados
wit ing wyata gajah mada
nagri Ngayogyakarta
kang candrasêngkalanipun
wrêkseng tlaga bêdhah tunggal
nendra raka laksanani
den wêwayang suryanira
kalaning rêm netra katon
manising esêm gupita
syara mrêdu bêbungah
pijana datan ngrêridhu
yahagen kang raka rasa
Asmarandana
Karya MahasiswaMacapatMahasiswa Wednesday, 18 September 2024
Dening: Fauzan Adi Fadurrahman
Sinasmita sêrat iki
minangka criyos sih smra
pêpengêt kang wus kadados
wit ing wyata gajah mada
nagri Ngayogyakarta
kang candrasêngkalanipun
wrêkseng tlaga bêdhah tunggal
nendra raka laksanani
den wêwayang suryanira
kalaning rêm netra katon
manising esêm gupita
syara mrêdu bêbungah
pijana datan ngrêridhu
yahagen kang raka rasa
Quoted in full from: cebu.fkkmk.ugm.ac.id
Recently, the World Health Organization (WHO) declared Monkeypox a global health emergency. The disease, which was first transmitted to humans in 1970 in the Republic of Congo, has been detected in Indonesia, and as of August 17, 2024, there were 88 confirmed cases (Rokom, 2024). This incident reminds us of the COVID-19 pandemic that hit the world in 2020.
The history of disease outbreaks is not new. The Asian Flu (1957-1958), Spanish Flu (1918-1920), and The Black Death (1346-1353) (Kautsar, 2024), are just some examples of major outbreaks that have hit the world. In addition to major epidemics, various small endemics also often occur in certain regions.
Various disease outbreaks have been recorded in manuscripts and written records. Taruna Dharma Jati, Muhammad Ibu Prarista, Zalsabila Purnama, & Zakariya Pamuji Aminullah (2022) in a scientific article entitled Lawe Wĕnang Singid: The Red Thread of Pagĕblug Handling Continuity in the Perspective of Javanese Literature explains that Javanese written literature has contained information in the form of traces and handling of physical and cosmological plagues in Javanese oral and written literature.
Some manuscripts that contain information on the physical treatment of disease outbreaks include Naskah Ngelmu Kawarasan by Sardjita (1920), Naskah Lĕlĕmbut Kolerah by Samsimihardja (1914), and Naskah Lĕlara Gudhig by Sardjita (1921). These texts provide guidance on the prevention and treatment of various diseases that once plagued society in their day.
- Manuscript of Ngelmu Kawarasan
The Ngelmu Kawarasan manuscript contains knowledge about diseases such as malaria, smallpox, bubonic plague, and tuberculosis. One part of the manuscript explains how to deal with bubonic plague:
[...] Rekadaya kangge nanggulangi pes, botĕn wontĕn malih kajawi tikus-tikus punika kĕdah dipuntumpĕs. Griya-griya ingkang kĕrĕp dipunrĕsiki. Sarta sampun nyimpĕni sisa tedha
“There is nothing more effective against bubonic plague than culling rats, cleaning houses frequently, and not storing leftover food.”
This guide shows the importance of environmental hygiene as a preventive measure against infectious diseases such as bubonic plague, which is transmitted by rats.
- Manuscript of Lĕlĕmbut Kolerah
The Lĕlĕmbut Kolerah manuscript focuses on ways to avoid cholera. Here is one of the contents of the manuscript:
[...] Prentah nagara dikon ngombe banyu bening wedang ora kĕna mamangan kang ora matĕng, ora kalawan diratĕngi adus ing bangawan.
“The state commandment says to drink boiled water, not to eat raw food, and to bathe frequently in the river.”
Here, there is an emphasis on drinking boiled water and personal hygiene as preventive measures.
- Manuscript of Lĕlara Gudhig
The Lĕlara Gudhig manuscript explains how to prevent and cure gudik (gudhig), a contagious skin disease. One of the quotes from this manuscript states:
[...] Supaya wong sing wis waras iku ora kumat maneh. Yen panyegahe lalara gudhig iku arĕp ditindakake supaya wong-wong bumi liya-liyane padha bisa milu. Dheweke kudu dipĕrdi rĕsikan, yaiku: ngrĕksa rĕsiking kulite ing panggonan-panggonan sing pĕrlu. Sedhiyan banyu adus kudu dibecikake. Sarta kudu ambudidaya supaya rĕgane sabun dimurah bangĕt, nganti wong miskin padha kelar sabunan. Wong-wong mau ditĕrangake sing tĕmĕnan, yen ora mung awake bae sing mesthi rĕsikan nanging sandhangan lan paturone uga mangkonoa. [...]
“So that people who are already healthy from scabies do not relapse, prevention of scabies should be carried out so that people in other areas can follow each other. They should be accustomed to clean living, keeping their skin and other places clean. Good water should be provided for bathing, and efforts should be made to reduce the price of soap so that the poor can use it. These people are to be explained seriously, that not only the self must be clean but also the clothes and bedding as well. [...]”
This message highlights the importance of personal hygiene with access to hygiene tools, such as soap, as well as ensuring that clothes and bedding are clean, to prevent skin diseases.
The above are just a few of the various explanations of plague prevention in Javanese literature. Although it can be said to be old stuff, the principles contained are still relevant today, especially in the context of preventing disease outbreaks that are transmitted through unsanitary environments.
Further exploration of ancient Javanese manuscripts is an important step to broaden our horizons on the history of health and medicine in Indonesia. Collaboration between academics, philologists, and health practitioners can help develop the knowledge recorded in these manuscripts, so that it can benefit the wider community.
BIBLIOGRAPHY
Bestari, N.P. (2022, July 24). ). Sejarah Perjalanan Cacar Monyet dari Afrika sampai Mendunia. Cnbcindonesia.com. Accessed from https://www.cnbcindonesia.com/news/20220724153248-4-358100/sejarah-perjalanan-cacar-monyet-dari-afrika-sampai-mendunia.
Jati, T.D., Prarista, M.I., Purnama, Z. & Aminullah, Z.P. (2022). Lawe Wĕnang Singid: Benang Merah Kontinuitas Penanganan Pagĕblug dalam Perspektif Kesusastraan Jawa. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara, 13(01), 95-112, from https://doi.org/10.37014/jumantara.v13i1.2847.
Rokom. (2024, August 18). 88 88 Kasus Konfirmasi Mpox di Indonesia, Seksual Sesama Jenis jadi Salah Satu Penyebab. Sehatnegeriku.kemkes.go.id., Accessed from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240818/1546252/88-kasus-konfirmasi-mpox-di-indonesia-seksual-sesama-jenis-jadi-salah-satu-penyebab/.
LIST OF IMAGES
Cebu.fkkmk.ugm.ac.id. (2020, August 19). ). CE&BU Bersama PKMK dan Cochrane Indonesia Menyelenggarakan Webinar Mengenai Bukti Ilmiah tentang Penanganan Wabah Pandemik COVID-19. Retrieved from https://cebu.fkkmk.ugm.ac.id/2020/08/19/cebu-bersama-pkmk-dan-cochrane-indonesia-menyelenggarakan-webinar-mengenai-bukti-ilmiah-tentang-penanganan-wabah-pandemik-covid-19/
Dikutip utuh dari: cebu.fkkmk.ugm.ac.id
Baru-baru ini, World Health Organization (WHO) menetapkan cacar monyet (Monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Penyakit yang pertama kali menular pada manusia pada tahun 1970 di Republik Kongo ini telah terdeteksi di Indonesia, dan hingga 17 Agustus 2024, tercatat 88 kasus terkonfirmasi (Rokom, 2024). Kejadian ini mengingatkan kita pada pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada tahun 2020.
Sejarah wabah penyakit sebenarnya bukan hal baru. Flu Asia (1957-1958), Flu Spanyol (1918-1920), dan The Black Death (1346-1353) (Kautsar, 2024), hanyalah sebagian contoh dari wabah besar yang pernah melanda dunia. Selain wabah besar, berbagai endemi kecil juga kerap terjadi di beberapa wilayah tertentu.
Ragam wabah pernyakit telah tercatat dalam naskah dan catatan tertulis. Taruna Dharma Jati, Muhammad Ibu Prarista, Zalsabila Purnama, & Zakariya Pamuji Aminullah (2022) dalam artikel ilmiah berjudul Lawe Wĕnang Singid: Benang Merah Kontinuitas Penanganan Pagĕblug dalam Perspektif Kesusastraan Jawa menerangkan bahwa kesusastraan tulis Jawa telah memuat informasi berupa jejak dan penanganan wabah secara fisik dan kosmologis dalam kesusastraan lisan dan tulis Jawa.
Beberapa naskah yang memuat informasi mengenai penanganan wabah penyakit secara fisik di antaranya adalah Naskah Ngelmu Kawarasan oleh Sardjita (1920), Naskah Lĕlĕmbut Kolerah oleh Samsimihardja (1914), dan Naskah Lĕlara Gudhig oleh Sardjita (1921). Naskah-naskah ini memberikan panduan tentang pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang pernah melanda masyarakat pada zamannya.
- Naskah Ngelmu Kawarasan
Naskah Ngelmu Kawarasan memuat pengetahuan tentang penyakit seperti malaria, cacar, pes, dan tuberkulosis. Salah satu bagian dari naskah ini menjelaskan cara penanggulangan wabah pes:
[...] Rekadaya kangge nanggulangi pes, botĕn wontĕn malih kajawi tikus-tikus punika kĕdah dipuntumpĕs. Griya-griya ingkang kĕrĕp dipunrĕsiki. Sarta sampun nyimpĕni sisa tedha
"Upaya penanggulangan pes, tiada lagi selain menumpas tikus-tikus, rumah-rumah sering dibersihkan, serta jangan menyimpan sisa makanan."
Panduan ini menunjukkan pentingnya kebersihan lingkungan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit menular seperti pes, yang ditularkan oleh tikus.
- Naskah Lĕlĕmbut Kolerah
Naskah Lĕlĕmbut Kolerah berfokus pada cara-cara menghindari penyakit kolera. Berikut adalah salah satu isi naskah tersebut:
[...] Prentah nagara dikon ngombe banyu bening wedang ora kĕna mamangan kang ora matĕng, ora kalawan diratĕngi adus ing bangawan.
"Perintah negara menyuruh minum air putih yang telah dimasak, tidak boleh makan makanan yang mentah, dan seringlah mandi di sungai."
Di sini, terlihat penekanan pada konsumsi air matang dan kebersihan diri sebagai langkah pencegahan.
- Naskah Lĕlara Gudhig
Naskah Lĕlara Gudhig Naskah ini menjelaskan mengenai cara pencegahan dan penyembuhan penyakit gudik (gudhig), yaitu penyakit kulit menular. Salah satu kutipan dari naskah ini menyebutkan:
[...] Supaya wong sing wis waras iku ora kumat maneh. Yen panyegahe lalara gudhig iku arĕp ditindakake supaya wong-wong bumi liya-liyane padha bisa milu. Dheweke kudu dipĕrdi rĕsikan, yaiku: ngrĕksa rĕsiking kulite ing panggonan-panggonan sing pĕrlu. Sedhiyan banyu adus kudu dibecikake. Sarta kudu ambudidaya supaya rĕgane sabun dimurah bangĕt, nganti wong miskin padha kelar sabunan. Wong-wong mau ditĕrangake sing tĕmĕnan, yen ora mung awake bae sing mesthi rĕsikan nanging sandhangan lan paturone uga mangkonoa. [...]
"Agar orang yang sudah sehat dari penyakit gudik tidak kambuh lagi, pencegahan penyakit gudik baiknya dilakukan supaya orang-orang daerah lain bisa saling mengikuti. Mereka harus dibiasakan hidup bersih, menjaga kebersihan kulit dan tempat-tempat yang dirasa perlu. Menyediakan air yang baik untuk mandi, serta harus mengusahakan agar harga sabun dimurahkan hingga orang miskin dapat memakai sabun. Orang-orang tersebut dijelaskan dengan sungguh-sungguh, bahwasannya tidak hanya diri yang harusbersih tetapi juga pakaian dan tempat tidur juga demikian. [...]"
Pesan ini menyoroti pentingnya kebersihan pribadi dengan akses terhadap alat kebersihan, seperti sabun, serta memastikan pakaian dan tempat tidurnya bersih, untuk mencegah penyakit kulit.
Penjelasan di atas hanyalah sedikit dari beragam penjelasan mengenai pencegahan wabah dalam kesusastraan Jawa. Meskipun dapat dikatakan sebagai barang yang lawas, namun prinsip-prinsip yang termuat masih relevan hingga kini, terutama dalam konteks pencegahan wabah penyakit yang menular melalui lingkungan tidak bersih.
Penggalian lebih lanjut terhadap naskah-naskah Jawa kuno adalah langkah penting untuk memperluas wawasan kita tentang sejarah kesehatan dan pengobatan di Indonesia. Kolaborasi antara akademisi, ahli filologi, dan praktisi kesehatan dapat membantu mengembangkan pengetahuan yang tercatat dalam naskah-naskah tersebut, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Bestari, N.P. (2022, 24 Juli). Sejarah Perjalanan Cacar Monyet dari Afrika sampai Mendunia. Cnbcindonesia.com. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20220724153248-4-358100/sejarah-perjalanan-cacar-monyet-dari-afrika-sampai-mendunia.
Jati, T.D., Prarista, M.I., Purnama, Z. & Aminullah, Z.P. (2022). Lawe Wĕnang Singid: Benang Merah Kontinuitas Penanganan Pagĕblug dalam Perspektif Kesusastraan Jawa. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara, 13(01), 95-112, dari https://doi.org/10.37014/jumantara.v13i1.2847.
Rokom. (2024, 18 Agustus). 88 Kasus Konfirmasi Mpox di Indonesia, Seksual Sesama Jenis jadi Salah Satu Penyebab. Sehatnegeriku.kemkes.go.id., Diakses dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240818/1546252/88-kasus-konfirmasi-mpox-di-indonesia-seksual-sesama-jenis-jadi-salah-satu-penyebab/.
DAFTAR GAMBAR
Cebu.fkkmk.ugm.ac.id. (2020, 19 Agustus). CE&BU Bersama PKMK dan Cochrane Indonesia Menyelenggarakan Webinar Mengenai Bukti Ilmiah tentang Penanganan Wabah Pandemik COVID-19. Dikutip pada https://cebu.fkkmk.ugm.ac.id/2020/08/19/cebu-bersama-pkmk-dan-cochrane-indonesia-menyelenggarakan-webinar-mengenai-bukti-ilmiah-tentang-penanganan-wabah-pandemik-covid-19/.
Javanese Language, Literature, and Culture Study Program Students Mastermind the Puppet Performance of Gajah Mada Suci
College StudentNewsSDGSStudentStudent's ActivityStudent's Work Monday, 9 September 2024
On Monday night (08/19/2024), the Faculty of Philosophy, Universitas Gadjah Mada (UGM), organized a shadow puppet show in the framework of the anniversary of the Faculty of Philosophy. The performance featured a special play, Gajah Mada Suci, which was performed collaboratively by UGM students who are members of the UGM Surakarta Style Javanese Arts Unit (UKJGS). One of the important roles in this performance was carried out by M. Rafi Nur Fauzy, a student of the Javanese Language, Literature, and Culture Study Program class of 2023, chosen to perform a play that was collaboratively worked on by the academics community of Universitas Gadjah Mada.
The script for the performance of Gajah Mada Suci was written by Dr. Rudy Wiratama S.I.P., M.A., lecturer of Javanese Language, Literature and Culture Study Program. Gajah Mada Suci tells the story of the scapegoating of Gajah Mada under the pretext of the failure of the Majapahit Kingdom expansion. The expansion also coincided with the kingdom's internal political turmoil. To make matters worse, Gajah Mada was accused by the elites of trying to remove him from the kingdom. As a result, Gajah Mada felt desperate and afterward he visited the residence of his friend, Mpu Tantular. After a long dialog, Gajah Mada was finally enlightened, that the efforts he had made so far were not in vain. The spirit of Amukti Palapa to unite the archipelago will continue in the next era.
Handover of the Gajah Mada puppet from the Dean of the Faculty of Philosophy, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M. Hum, to M. Rafi Nur Fauzy. (Quoted from the Faculty of Philosophy Youtube Channel (01:22:51): https://www.youtube.com/watch?v=03x2lmMinTY).
“The performance of the Gajah Mada Suci is a form of depiction of the Indonesian nation that has experienced an identity crisis by winning over an interest and power through any means. Gajah Mada, who was a knight, finally moksa due to the deviant behavior of the Majapahit elite. After that, the Majapahit Kingdom lost its authority and then receded until it reached its collapse,” explained Rafi in an interview (05/09/2024).
As a special play, Rafi and his fellow UKJGS students practiced hard for a maximum performance. “The performance of Gajah Mada Suci has its own challenges for us. We practiced preparing for the performance in only half a month. Plus, this is my first time to play the Gajah Mada puppet, so it must be carefully prepared.”
“With these challenges, Alhamdulillah, the show can run smoothly. It was a great experience for me,” he continued. Rafi hopes that the Gajah Mada puppet show will be held continuously because it is the work and identity of UGM as well as containing values that need to be socialized.
The existence of the Gajah Mada puppet is a real effort to promote the history and culture of the archipelago while still applying its relevance to the times. Through culture, we are not only 'displaying' aesthetics, but also reaffirming the nation's identity through noble values for a better Indonesia.
Author: Haryo Untoro
Image Source
Fakultas Filsafat. (2024, August 19). Pagelaran Wayang Kulit Dies Natalis ke-57 Fakultas Filsafat UGM. [01:22:51]. Accessed from https://www.youtube.com/watch?v=03x2lmMinTY.
Mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Mendalangi Pergelaran Wayang Kulit Lakon Gajah Mada Suci
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Monday, 9 September 2024
Pada Senin malam (19/08/2024), Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan pertunjukkan wayang kulit dalam rangka Dies Natalis Fakultas Filsafat. Pertunjukan tersebut menampilkan lakon yang spesial, Gajah Mada Suci, yang dibawakan secara kolaboratif oleh mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM. Salah satu peran penting dalam pementasan ini diemban oleh M. Rafi Nur Fauzy, mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2023, dipilih untuk membawakan lakon yang digarap secara kolaboratif oleh civitas acaedmica Universitas Gadjah Mada.
Naskah untuk pemetasan lakon Gajah Mada Suci ini dikarang oleh Dr. Rudy Wiratama S.I.P., M.A., dosen Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Gajah Mada Suci mengisahkan tentang pengkambinghitaman Gadah Mada dengan dalih kegagalan ekspansi Kerajaan Majapahit. Ekspansi tersebut juga bersamaan dengan kemelut internal politik kerajaan. Lebih buruk lagi, Gajah Mada dituduh oleh para elit yang berusaha menyingkirkannya dari kerajaan. Akibatnya, Gajah Mada merasa putus asa dan setelah itu dirinya bertandang ke kediaman sahabatnya, Mpu Tantular. Setelah berdialog panjang, Gajah Mada akhirnya tercerahkan, bahwa usaha yang telah dirinya lakukan selama ini tidak sia-sia. Semangat Amukti Palapa untuk mempersatukan Nusantara akan berlanjut pada zaman berikutnya.
Penyerahan wayang Gajah Mada dari Dekan Fakultas Filsafat, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum, kepada M. Rafi Nur Fauzy. (Dikutip utuh dari Kanal Youtube Fakultas Filsafat (01:22:51): https://www.youtube.com/watch?v=03x2lmMinTY).
“Pementasan lakon Gajah Mada Suci adalah sebuah bentuk penggambaran dari Bangsa Indonesia yang telah mengalami krisis identitas dengan pemenangan atas sebuah kepentingan dan kekuasaan melalui cara apapun. Gajah Mada yang merupakan seorang ksatria akhirnya moksa akibat perilaku elit Majapahit yang menyimpang. Setelahnya, Kerajaan Majapahit menjadi hilang kewibawaannya lalu surut hingga mencapai keruntuhannnya” terang Rafi dalam sebuah wawancara (05/09/2024).
Sebagai sebuah lakon yang spesial, Rafi dan teman-teman mahasiswa UKJGS berlatih dengan keras demi persembahan pergelaran yang maksimal. “Pergelaran lakon Gajah Mada Suci memiliki tantangan tersendiri bagi kami. Kami berlatih mempersiapkan pentas hanya dalam waktu setengah bulan. Ditambah lagi, ini adalah kali pertama saya untuk memainkan wayang Gajah Mada, sehingga harus dipersiapkan secara matang”
“Dengan tantangan tersebut, Alhamdulillah pertunjukkan dapat berjalan dengan lancar. Benar-benar pengalaman yang luar biasa bagi saya” lanjutnya. Rafi berharap bahwa pertunjukkan wayang Gajah Mada diselenggarakan secara kontinu sebab merupakan hasil karya dan identitas dari UGM sekaligus memuat nilai-nilai yang perlu dimasyarakatkan.
Keberadaan wayang Gajah Mada adalah upaya nyata dalam mengangkat kesejarahan dan kebudayaan Nusantara dengan tetap menerapkan aspek relevansinya terhadap perkembangan zaman. Melalui kebudayaan, kita tidak hanya sedang ‘menampilkan’ estetika belaka, tetapi juga mengokohkan kembali jati diri bangsa melalui nilai-nilai luhur demi menuju ke arah Indonesia yang lebih baik.
Penulis : Haryo Untoro
Sumber Gambar
Fakultas Filsafat. (2024, 19 Agustus). Pagelaran Wayang Kulit Dies Natalis ke-57 Fakultas Filsafat UGM. Youtube. [01:22:51]. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=03x2lmMinTY.