College StudentNewsSDGSStudent Friday, 12 July 2024
The National Library and École française d'Extrême-Orient (EFEO) collaborated and held an international intensive course in Old Javanese on July 01-10, 2024. This activity took place at The Cangkringan Jogja Villas & Spa, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, and was attended by 25 participants from various backgrounds. Experts in the field of Old Javanese were present to train the participants to understand the intricacies of the Old Javanese language.
The Javanese Language, Literature, and Culture Study Program, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), participated in this activity. Two lecturers of the Javanese Language, Literature, and Culture Study Program, namely Nurmalia Habibah, S.S., M.A., and Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A., attended as lecturers. In addition, Haryo Untoro, a student from the same study program, became one of the participants in the intensive course.
Nurmalia Habibah, S.S., M.A., guided the participants in studying the text of Adiparwa
Learning the Kakawin Ramayana text with Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A.
For 10 days, the participants practiced the Old Javanese language. In the first five days, the first thing to understand was the morphosyntax of the Old Javanese language. The next five days, the participants began to explore works that use the Old Javanese language, such as Adiparwa, Kakawin Ramayana, Pararaton, Landa Inscription, and others. In addition, participants also participated in an excursion program to several ancient sites of the Hindu-Buddhist period, namely Sewu Temple, Plaosan Temple, and Ratu Boko Temple.
The intensive course in Old Javanese aims to train philologists in the field of Old Javanese and encourage international collaboration in this rare field. The field of Old Javanese plays an important role in revealing various treasures of the past, both in culture, knowledge, history, and other matters. Exploring these treasures is an effort to reveal the identity of the nation and improve the quality of education. To achieve these goals, cooperation from various parties is needed to realize the sustainability of the Old Javanese field and be relevant to the times.
Perpustakaan Nasional dengan École française d’Extrême-Orient (EFEO) bekerja sama dan mengadakan kursus intensif internasional Bahasa Jawa Kuno pada tanggal 01-10 Juli 2024. Kegiatan ini berlangsung di The Cangkringan Jogja Villas & Spa, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, D.I. Yogyakarta, dan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai latar belakang. Para ahli di bidang Jawa Kuno hadir untuk melatih para peserta agar memahami seluk-beluk Bahasa Jawa Kuno.
Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dua dosen Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, yaitu Nurmalia Habibah, S.S., M.A. dan Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A., hadir sebagai pengajar. Selain itu, Haryo Untoro, mahasiswa dari program studi yang sama, menjadi salah satu peserta kursus intensif tersebut.
Nurmalia Habibah, S.S., M.A. membimbing peserta dalam mempelajari teks Adiparwa
Proses belajar teks Kakawin Ramayana bersama Zakariya Pamuji Aminullah, S.S., M.A.
Selama 10 hari, para peserta berlatih bahasa Jawa Kuno. Pada lima hari pertama, hal yang harus dipahami adalah morfosintaksis bahasa Jawa Kuno. Lima hari berikutnya, para peserta mulai mendalami karya-karya yang menggunakan bahasa Jawa Kuno, seperti Adiparwa, Kakawin Ramayana, Pararaton, Prasasti Landa, dan lain sebagainya. Selain itu, peserta juga mengikuti program ekskursi ke beberapa situs purbakala masa Hindu-Buddha, yaitu Candi Sewu, Candi Plaosan, dan Candi Ratu Boko.
Kursus intensif Bahasa Jawa Kuno ini bertujuan melatih para filolog dalam bidang Jawa Kuno serta mendorong kolaborasi internasional dalam bidang langka tersebut. Bidang Bahasa Jawa Kunp berperan penting untuk mengungkap beragam khazanah masa lampau, baik dalam kebudayaan, pengetahuan, kesejarahan, maupun hal lainnya. Penggalian khazanah-khazanah ini merupakan upaya untuk mengungkap jati diri bangsa serta meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak guna mewujudkan keberlanjutan bidang Jawa Kuno serta dapat relevan dengan perkembangan zaman.
NewsSDGSStudentStudent's ActivityStudent's Work Wednesday, 3 July 2024
As a form of learning as well as community service, students of Universitas Gadjah Mada (UGM) carry out Real Work Lectures (KKN). On Tuesday (06/28/ 2024), UGM held a Briefing and Deployment Ceremony for KKN-PPM UGM Period 2 Year 2024. The event took place in the courtyard of the Balairung Building at noon with various interesting performances, one of which was the Angguk Dance.
Angguk Dance is a traditional dance typical of Kulon Progo Regency, Yogyakarta Special Region. This performance was performed by students of the Javanese Language, Literature and Culture Study Program. The dancers, namely Arin, Dhiny, Galuh, Kintan, Nanda, Novalia, Wening, Audrey Gizella, Eka, and Pinky, managed to amaze the audience. Nanda, one of the dancers, revealed that the Angguk Dance they performed received a rousing welcome and thunderous applause from the audience. "My friends and I tried to present a satisfying performance. When it was performed, the audience gave a very lively response and thunderous applause," she said in an interview (07/01/ 2024).
Angguk dance is an important element that adorns the Briefing and Deployment Ceremony of KKN-PPM UGM Period 2 Year 2024. More deeply, the presence of Angguk Dance reflects the cultural diversity of Indonesian society. This shows that the UGM KKN-PPM program contributes to a diverse society, in the form of student deployment to 35 provinces in Indonesia.
The Angguk Dance performance is also a concrete effort in nguri-uri (preserving) and ngurip-urip (enlivening) regional culture. The preservation and livelihood of regional culture is a form of preservation and attachment of national identity. By studying, understanding, preserving, and developing local knowledge and wisdom, it contributes to the development of education and provides benefits to society. To realize this, collaboration from various parties is needed to maximize and maintain the sustainability of the program. Therefore, the performance of Angguk Dance in the Briefing and Deployment Ceremony of KKN-PPM UGM Period 2 Year 2024 is related to sustainable development goals (SDGs) points 4 and 17.
BeritaKarya MahasiswaKegiatan MahasiswaLain-lainMahasiswaSDGS Wednesday, 3 July 2024
Sebagai bentuk pembelajaran sekaligus pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pada Selasa, 28 Juni 2024, UGM mengadakan Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024. Acara tersebut berlangsung di halaman Gedung Balairung pada siang hari dengan berbagai penampilan menarik, salah satunya adalah Tari Angguk
Tari Angguk adalah tarian tradisional khas Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penampilan ini dibawakan oleh mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Para penari, yaitu Arin, Dhiny, Galuh, Kintan, Nanda, Novalia, Wening, Audrey Gizella, Eka, dan Pinky, berhasil memukau penonton. Nanda, salah seorang penari, mengungkapkan bahwa Tari Angguk yang mereka bawakan mendapat sambutan meriah dan gemuruh tepuk tangan dari penonton. "Aku dan teman-teman berusaha untuk mempersembahkan penampilan yang memuaskan. Ketika ditampilkan, para audiens memberikan tanggapan yang sangat meriah dan tepuk tangan yang bergemuruh," ujarnya dalam wawancara (01/07/2024).
Tari Angguk menjadi elemen penting yang menghiasi Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024. Lebih dalam lagi, kehadiran Tari Angguk mencerminkan keragaman budaya masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa program KKN-PPM UGM berkontribusi kepada masyarakat yang beraneka ragam, wujudnya berupa penerjunan mahasiswa ke 35 provinsi di Indonesia.
Penampilan Tari Angguk juga merupakan upaya konkret dalam nguri-uri (melestarikan) dan ngurip-urip (menyemarakkan) kebudayaan daerah. Usaha pelestarian dan penghidupan kebudayaan daerah merupakan bentuk pemertahanan dan pelekatan identitas bangsa. Dengan mempelajari, memahami, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan kearifan lokal, maka turut berperan dalam pengembangan pendidikan dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk merealisasikannya, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak guna memaksimalkan dan menjaga keberlangsungan program tersebut. Oleh karena itu, penampilan Tari Angguk dalam Upacara Pengarahan dan Penerjunan KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2024 berhubungan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin 4 dan 17.
NewsSDGSStudentStudent's Activity Wednesday, 3 July 2024
The Language, Literature, and Culture Program Study, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), held another Macapatan Jumat Legen event on Thursday, June 27, 2024. The event took place at the Javanese Studies Center (Pusaka Jawa) and raised a popular Javanese literary work, namely Serat Wedhatama.
Serat Wedhatama, a literary work written by Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Mangkunagara IV, is a work full of piwulang about the concept of divinity and moral teachings in life and society. The manuscript of Serat Wedhatama kept at the Mangkunegaran Palace Library in Surakarta consists of 100 stanzas and is divided into several pupuhs, namely:
The event presented Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., as the speaker, and was attended by participants from various circles. In addition, Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., participated in developing Serat Wedhatama in the opening ceremony and several students of the Javanese Language, Literature and Culture Study Program participated in playing gamelan, adding to the solemn atmosphere of the event. The liveliness of the participants in reading and developing Serat Wedhatama created an atmosphere full of beauty.
Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., and students performing Serat Wedhatama
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum, on the occasion, emphasized that Serat Wedhatama, with its philosophical values and moral messages, can be applied in daily life. However, the actualization needs to be considered so that it can be relevant to the current conditions.
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. explaining Serat Wedhatama
Macapatan Jumat Legen aims to revive the Macapatan tradition and preserve this tradition for the younger generation. Preserving this tradition and extracting information from literary works such as Serat Wedhatama is an important step in improving the quality of public education. The collaboration of various parties, such as between the Javanese Language, Literature and Culture Study Program and the Pusaka Jawa UGM, is an effort to maximize these preservation efforts. Thus, the organization of Macapatan Jumat Legen is in line with the 4th and 17th points in the Sustainable Development Goals (SDG's).
BeritaKarya MahasiswaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Wednesday, 3 July 2024
Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), kembali mengadakan kegiatan Macapatan Jumat Legen pada Hari Kamis, 27 Juni 2024. Acara tersebut bertempat di Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) dan mengangkat sebuah karya sastra Jawa yang populer, yaitu Serat Wedhatama.
Serat Wedhatama, sebuah karya sastra yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Mangkunagara IV, merupakan karya yang sarat dengan piwulang tentang konsep ketuhanan serta ajaran moral dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Naskah Serat Wedhatama yang tersimpan di Perpustakaan Istana Mangkunegaran Surakarta terdiri dari 100 pada (bait) dan dibagi ke dalam beberapa pupuh, yaitu:
Acara menghadirkan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., sebagai pemateri, dan dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan. Selain itu, Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., turut dalam menembangkan Serat Wedhatama di acara pembuka dan beberapa mahasiswa Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa turut serta menabuh gamelan, menambah khidmat suasana acara. Keaktifan peserta dalam membaca dan menembangkan Serat Wedhatama menciptakan suasana yang penuh dengan keindahan.
Dr. Rudy Wiratama, S.I.P., M.A., dan mahasiswa menampilkan Serat Wedhatama
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum., dalam kesempatan tersebut, menekankan bahwa Serat Wedhatama, dengan nilai-nilai filosofis dan pesan moralnya, dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pengaktualisasian tersebut perlu diperhatikan agar dapat relevan dengan kondisi pada saat ini.
Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. sedang memaparkan Serat Wedhatama
Macapatan Jumat Legen bertujuan untuk untuk menghidupkan tradisi Macapatan dan melestarikan tradisi ini kepada generasi muda. Pelestarian tradisi ini dan penggalian informasi dari karya-karya sastra seperti Serat Wedhatama adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Kolaborasi berbagai pihak, seperti antara Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dengan Pusaka Jawa UGM, adalah sebuah upaya untuk memaksimalkan usaha pelestarian tersebut. Dengan demikian, penyelenggaraan Macapatan Jumat Legen ini sejalan dengan butir ke-4 dan butir ke-17 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).
NewsOtherSDGSStudentStudent's Activity Wednesday, 29 May 2024
On Monday, May 27, 2024, the Javanese Language, Literature and Culture Study Program held a field lecture in the framework of the Codicology course. This activity was held at Widyabudaya Library of Keraton Ngayogyakarta and Widyapustaka Library of Pura Pakualaman. The participants of this activity were students participating in the 2024 Kodikology course, guided by Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., as the lecturer of the course.
In this field study, students had the opportunity to see and learn firsthand about manuscripts, archives, and preservation efforts. The first location visited was Widyabudaya of Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Here, students were first entertained with warm tea drinks typical of the Keraton Yogyakarta. After that, they were divided into four groups and guided by the abdi dalem to observe in depth the collection of manuscripts, archives, and the restoration process.
Students observed the explanation and enjoyed the banquet provided by the Keraton Ngayogyakarta.
The second location visited was the Widyapustaka Library of Pura Pakualaman. In this place, the participants were treated to jamu beras kencur and some traditional dishes. After enjoying the meal, the participants were given the opportunity to see the manuscript and archive collections. They also listened to explanations from librarians about the condition, aspects, and preservation of the manuscripts.
Students listen to explanations from the lecturers
The implementation of this field study went well and smoothly. The students were very enthusiastic, as seen from their high curiosity about various manuscript and archive collections, as well as the stages of revitalization. The purpose of this activity is as a preservation event in the form of introducing Indonesian culture, especially Javanese culture, to the younger generation. Thus, it is hoped that the love for the nation's culture in the younger generation will continue to grow and can be realized in real efforts to keep nguri-uri (preserve) and ngurip-urip (revive) the nation's identity.
The existence of various manuscripts and archives is a source of historical traces as well as a mirror of the cultural life of their time. Therefore, preserving historical evidence and extracting information from it needs to be done as a step to understanding the form of culture, knowledge, history, and glory of the archipelago. In addition, synergy from various parties is needed to realize this. This is in line with the fourth and seventeenth points of the Sustainable Development Goals, namely presenting and improving the quality of education and cooperation between partners to achieve goals.
Author : Nanda Nursa Alya & Haryo Untoro
Editor : Haryo Untoro
BeritaKegiatan MahasiswaLain-lainMahasiswaSDGS Wednesday, 29 May 2024
Pada hari Senin, 27 Mei 2024, Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa mengadakan kuliah lapangan dalam rangka mata kuliah Kodikologi. Kegiatan ini diselenggarakan di Perpustakaan Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta dan Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Para peserta kegiatan ini adalah mahasiswa peserta mata kuliah Kodikologi 2024, dipandu oleh Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Dalam kuliah lapangan ini, mahasiswa mendapat kesempatan untuk melihat dan mempelajari secara langsung manuskrip, arsip, dan upaya preservasi naskah-naskah tersebut. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di sini, mahasiswa dijamu terlebih dahulu dengan minuman teh hangat khas Keraton Yogyakarta. Setelah itu, mereka dibagi menjadi empat kelompok dan dipandu oleh abdi dalem untuk mengamati secara mendalam koleksi manuskrip, arsip, dan proses restorasinya.
Mahasiswa mengamati penjelasan dan menikmati jamuan yang disediakan oleh Keraton Yogyakarta.
Lokasi kedua yang dikunjugi adalah Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Pada tempat tersebut, para peserta disuguhi jamu beras kencur dan beberapa hidangan tradisional. Setelah menikmati hidangan, para peserta diberi kesempatan untuk melihat langsung koleksi manuskrip dan arsip. Mereka juga mendengarkan penjelasan dari pustakawan mengenai kondisi, aspek, dan pelestarian naskah-naskah tersebut.
Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari dosen pembimbing Mata Kuliah
Pelaksanaan kuliah lapangan ini berjalan dengan baik dan lancar. Para mahasiswa sangat antusias, terlihat dari tingginya rasa ingin tahu mereka terhadap berbagai koleksi naskah dan arsip, serta tahap-tahap revitalisasinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang pelestarian dalam bentuk pengenalan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, kepada generasi muda. Dengan demikian, diharapkan rasa cinta terhadap budaya bangsa pada generasi muda terus tumbuh dan dapat diwujudkan dalam upaya-upaya nyata untuk tetap nguri-uri (melestarikan) dan ngurip-urip (menghidupkan) jati diri bangsa tersebut.
Keberadaan berbagai manuskrip dan arsip merupakan sumber jejak sejarah sekaligus cermin dari kehidupan budaya pada masanya. Oleh karena itu, pelestarian bukti-bukti sejarah dan penggalian informasi di dalamnya perlu dilakukan sebagai langkah untuk memahami bentuk kebudayaan, pengetahuan, sejarah, dan kejayaan Nusantara. Selain itu, sinergi dari berbagai pihak diperlukan demi mewujudkan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan poin keempat dan poin ketujuh belas pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu menghadirkan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta kerjasama antarkemitraan untuk mencapai tujuan.
Penulis : Nanda Nursa Alya & Haryo Untoro
Editor : Haryo Untoro
College StudentNewsSDGSStudentStudent's Activity Monday, 27 May 2024
On Wednesday, (05/27/2024), the 7th floor Soegondo Auditorium was full of gratitude and happiness. The smiles of the graduates who have successfully completed their studies and achieved satisfactory results. The submission of graduation documents in the form of diplomas and academic transcripts is something to look forward to because it marks the legitimacy of graduating students and officially holds a degree according to the study program they each take.
In the event that was full of wisdom, four students of the Javanese Language, Literature, and Culture Study Program, Faculty of Arts, UGM, entertained the graduates and the audience with Angguk Dance. They are Novalia Hidayatus Solihah, Nanda Fitri Riyantika, Wening Hidayati, and Audrey Gizella. The Angguk dance performed by the four female students succeeded in bringing smiles and admiration from the graduates and guests.
Of course, there are various stories behind the success of the Angguk Dance performance, ranging from limited rehearsal time to musical interference during the performance. "Before the performance, we felt anxious because we only had three rehearsals. However, the four of us had the courage to keep performing. During the performance, there were times when the music suddenly repeated itself. We tried to calm down and continue the dance. Alhamdulillah, the whole performance went well. Although there are shortcomings, we feel satisfied and proud to be able to entertain the audience at the Mangayubagya event for graduates of Faculty of Arts UGM," explained Wening Hidayat in an interview (05/24/2024).
Quoting from disbud.kulonprogokab.go.id (2020, August 5), Angguk Dance is a traditional art originating from Kulon Progo Regency. It is believed that this art emerged around 1900, right when the Dutch soldiers and officers occupied the area of Purworejo Regency. The soldiers' dancing and singing became the forerunner of the Angguk Dance that emerged in Kokap Sub-district, an area directly adjacent to Purworejo. Initially, Angguk was danced by men. In 1991, it was first danced by women in Pripih Hamlet, Hargomulyo, Kokap.
Wening, Nanda, Novalia, and Audrey with Dr. Daru Winarti, M.Hum., Head of the Javanese Language, Literature, and Culture Study Program.
The Angguk Dance performance in the Mangayubagya event for graduates of the Faculty of Cultural Sciences, UGM, was successfully run with great fanfare. This performance is also a concrete manifestation of the students of the Javanese Language, Literature, and Culture Study Program in nguri-uri 'preserving' and ngurip-urip'reviving and enlivening' the culture of the archipelago, especially Javanese culture. The preservation of national identity can be carried out with synergy from various parties so that it can have a broad impact on society and the nation.
Bibliography
Disbud.kulonprogokab,go,id. (2020, August 05). Tari Angguk Kesenian Tradisional Kulon Progo. Accessed on May 24, 2024, from https://disbud.kulonprogokab.go.id/detil/356/tari-angguk-kesenian-tradisional-kulon-progo
BeritaKegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Monday, 27 May 2024
Yogyakarta (27/05/2024) – Pada Rabu (22/05/2024), Ruang Auditorium Soegondo lantai 7 penuh akan rasa syukur dan bahagia. Senyum haru para mahadaya yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya dan meraih hasil yang memuaskan. Penyerahan dokumen kelulusan berupa ijazah dan transkrip akademik adalah waktu yang dinantikan, sebab menandai sahnya kelulusan mahadaya dan resmi menyandang gelar sesuai program studi yang ditempuhnya masing-masing.
Dalam acara yang penuh hikmat itu, empat mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, FIB, UGM, menghibur para wisudawan dan wisudawati serta para hadirin dengan Tari Angguk. Mereka adalah Novalia Hidayatus Solihah, Nanda Fitri Riyantika, Wening Hidayati, dan Audrey Gizella. Tari Angguk yang dibawakan oleh empat mahasiswi berhasil membuahkan senyuman manis dan decak kagum para wisudawan/wisudawati serta para tamu.
Tentu terdapat beragam cerita dibalik kesuksesan penampilan Tari Angguk tersebut, mulai dari waktu latihan yang terbatas hingga gangguan iringan musik saat pementasan. “Sebelum penampilan, kami merasa cemas karena waktu latihan kami hanya tiga kali. Namun, kami berempat memberanikan diri untuk tetap tampil. Selama penampilan, ada saat dimana musik iringan tiba-tiba terulang kembali. Kami berusaha untuk tenang dan melanjutkan tariannya. Alhamdulillah, keseluruhan pertunjukan dapat berjalan dengan baik. Meskipun terdapat kekurangan, kami merasa puas dan bangga dapat menghibur para hadirin pada acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM,” terang Wening Hidayati dalam wawancara (24/05/2024).
Mengutip dari disbud.kulonprogokab.go.id (2020, 05 Agustus), Tari Angguk merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo. Diyakini kesenian ini muncul sekitar tahun 1900, tepat ketika para tentara dan opsir Belanda menduduki wilayah Kabupaten Purworejo. Dansa dan nyanyian para tentara itulah yang menjadi cikal bakal Tari Angguk yang muncul di Kecamatan Kokap, daerah yang berbtasan langsung dengan Purworejo. Awalnya, kesenian Angguk ditarikan oleh laki-laki. Pada tahun 1991, Tari Angguk pertama kali ditarikan oleh perempuan di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap.
Wening, Nanda, Novalia, dan Audrey bersama Dr. Daru Winarti, M. Hum., Ketua Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
Penampilan Tari Angguk dalam acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM berhasil berjalan dengan meriah. Pertunjukkan ini juga menjadi wujud nyata mahasiswa dan mahasiswi Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam nguri-uri ‘melestarikan’ dan ngurip-urip ‘menghidupkan dan menyemarakkan’ kebudayaan Nusantara, khususnya budaya Jawa. Pelestarian terhadap jati diri bangsa dapat dilaksanakan dengan sinergi dari berbagai pihak, sehingga dapat berdampak luas bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Daftar Referensi
Disbud.kulonprogokab,go,id. (2020, 05 Agustus). Tari Angguk Kesenian Tradisional Kulon Progo. Diakses pada tanggal 24 Mei 2024, dari https://disbud.kulonprogokab.go.id/detil/356/tari-angguk-kesenian-tradisional-kulon-progo
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 |
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 |