Suatu kehormatan bagi Prodi kami mendapat amanah dalam acara Macapatan Jumat Legen kali ini, tujuan diadakannya adalah untuk meningkatkan kompetensi bidang macapatan, membagikan wawasan terkait isi kandungan dalam teks macapat, serta meningkatkan peran dan fungsi prodi di Masyarakat. Selain itu juga digunakan sebagai sarana untuk menjalin kemitraan dengan instansi lain.
Berita
Fiduhirani Tigatma Rustam atau yang akrab disapa Fifi merupakan salah satu mahasiswi Prodi Sastra Jawa UGM yang aktif dan berbakat di bidang akademik maupun non-akademik. Dalam kesempatan kemarin, ditem ui saat dia menerima penghargaan Mahasiswa Berprestasi III, Fakultas Ilmu Budaya UGM (3/03/2017) ia mengaku haru dan tidak menyangka bahwa dirinya akan terpilih menjadi salah satu sosok Mahasiswa Berprestasi tahun ini. Tak hanya pintar dibidang akademis, Fifi tak kalah berbakat dibidang tarik suara atau biasa disebut nyinden. Dibuktikan saat penerimaan penghargaan tersebut, Fifi tak hanya berperan sebagai tamu undangan penghargaan namun juga sekaligus sebagai pengisi acara di acara Dies Natalies FIB ke-71 tersebut. Fifi meraih juara dari panggung satu ke panggung satunya lagi tak lain untuk mengasah kegemarannya bernyanyi dan bermain Gamelan maupun Piano. Perempuan kelahiran Kota Marmer ini sangat murah senyum dan tak sungkan untuk mengajari adik atau temannya. (Kintani Inagita)
Selama dua hari dari tanggal 8 – 9 Oktober 2014 Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia (IKADBUDI) bekerja sama dengan Univesitas Jember yang didukung penyelenggaraannya oleh Fakultas Sastra Universitas Jember menggelar The International Conference on Regional Culture dengan tema “the challenger of culture revitalization in the 2015 ASEAN economic community era”. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan tahunan dari IKADBUDI yang mengadakan musyawarah nasional ke IV dan bertepatan dengan penyelenggaraan Festival Tegal Boto dalam rangka 50 tahun Universitas Jember. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Drs. Soeharto Mangkusudarmo, M.Hum sebagai perwakilan dari Prodi Jawa Jurusan Sastra Nusantara FIB UGM.
Enam mahasiswa Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang tergabung dalam Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY) memanggungkan sandiwara radio di Balai Bahasa DIY, Senin (19/10) malam. Mereka membawakan naskah karya Handung Kussudyarsono berjudul “Isih Jembar Kalangane” dari buku kumpulan naskah Sandiwara Jenaka KR. Karena formatnya sandiwara radio, para pendukung cerita hanya duduk membaca naskah. Enam orang membaca dialog tokoh cerita, sedangkan seorang lainnya membaca narasi. Untuk menghidupkan suasana, pemanggungan diiringi gamelan. Sebelum menyajikan “Isih Jembar Kalangane”, mahasiswa UGM terlebih dahulu memanggungkan “Layangan Tatas” karya Margareta Widhi Pratiwi yang malam itu juga hadir untuk menyaksikan naskahnya dipanggungkan. Dialog dan narasi lakon ini beberapa kali mengundang tawa hadirin. Pemanggungan sandiwara radio tersebut merupakan bagian dari Pekan Bahasa dan Sastra DIY yang berlangsung Senin-Sabtu (19-24/10) dengan berbagai kegiatan, seperti sarasehan kebahasaan dan sastra serta lomba kebahasaan dan sastra. Menurut Koordinator Pekan Bahasa dan Sastra DIY yang juga ketua SSJY, Yohanes Adhi Satiyoko, pemilihan naskah dari Jenaka KR, karena tahun 1980-an Jenaka KR dekat di hati masyarakat dengan tokoh-tokohnya seperti Handung Kusudyarsono, Suwariyun dan lain-lain. “Saya merasa senang, karena yang hadir dalam kegiatan ini hampir semuanya generasi muda. Ternyata Sastra Jawa tetap melekat di hati anak muda,” ungkapnya. Selain naskah drama, juga disajikan pemanggungan ‘cerita cekak’ berjudul “Sandhal Goreng” karya Stella, mahasiswa UGM yang juga alumni Bengkel Sastra Jawa Balai Bahasa DIY. Ada pula cerita tentang hantu, berjudul “Pocongan Numpak Pit Modifikasi” karya Harya Widada yang dibawakan secara monolog oleh Mas Lurah Citra Panambang (Bagus Febrianto) yang mengakhiri pergelaran malam itu. Pada awal pementasan, tampil mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam Sanggar Gandewa, menyajikan ‘acapela geguritan’. Supriyanto dari Sanggar Bantul juga membaca geguritan untuk mengisi jeda setelah pemanggungan “Isih Jembar Kalangane”. (Sumber: KR 21/10)
Kesusasteraan dan kesenian pada masa Paku Alam II berkembang dengan cukup pesat. Paku Alam II dinyatakan sebagai penentu dan penetap garis besar pembelajaran kesusasteraan dan kesenian di Pakualaman. Keistimewaan naskah skriptorium Paku Alam II adalah naskah disertai banyak iluminasi.
Iluminasi adalah pencerahan atau pemertinggi kesan atas halaman naskah melalui teknik penulisan, pola pewarnaan hiasan dekoratif, atau kelengkapan lainnya. Termasuk dalam kategori ini adalah hiasan pungtuasi, pembingkai teks, rubrikasi, dan gambar kaligrafi.