Arsip:
Haryo Untoro mewakili program studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam mendapatkan penghargaan mahasiswa luar biasa dalam rangka penghargaan individu berprestasi di acara Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-79 FIB UGM. Rapat Senat Terbuka ini diselenggarakan pada tanggal 3 Maret 2025 lalu.
Rangkaian acara Rapat Senat Terbuka dimulai dari registrasi, pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah mada, dan Mars Sastra, lalu ada sambutan rektor UGM yaitu Dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. Dilanjutkan dengan acara penyampaian laporan komprehensif oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, pidato ilmiah oleh Dr. Gabriel Roosmargo Lono Lastoro Simatupang, MA., Ph.D., penghargaan kepada individu berprestasi, paduan suara, doa, dan penutup.
Menurut Haryo, pemilihan individu berprestasi kemungkinan dilihat dari perlombaan akademik dan non-akademik, pembuatan karya ilmiah, dan lain-lain. Disini Haryo dipilih oleh dosen untuk mewakili program studinya yaitu Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa.
Haryo menyampaikan bahwa ia bersyukur dan sebetulnya tidak menyangka bahwa akan mendapat penghargaan ini. Karena itu penghargaan ini berkesan baginya. Ketika ditanya apakah Haryo berambisi untuk meraih kembali penghargaan yang sama tahun depan, Haryo menjawab bahwa ia hanya akan berusaha memberikan yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya, bukan berambisi meraihnya kembali.
College StudentNewsSDGS Tuesday, 4 March 2025
Noviyanti Alfitri (NIM 24/533646/SA/22795), a 2024 student from the Javanese Language, Literature, and Culture study program, inaugurated as a Diajeng Gunungkidul 2025 at the end of February. Diajeng is a representation of a young woman from a regency—in this case, Gunungkidul Regency—specifically in the field of tourism. Usually Diajeng is paired with Dimas (as a representation of youngman). They promote nature and culture-based tourism in their district and become icons for young people.
The selection process for the Dimas-Diajeng icon began in December 2024. Starting from the selection of files and administration, written selection, interview selection, then the announcement of 15 finalists who were quarantined, and officially crowned on the coronation night on February 22, 2025.
As the holder of the title Diajeng Gunungkidul, Noviyanti or who is familiarly called Upik has the main responsibility of assisting in the marketing sector at the Tourism Office in promoting tourism in Gunungkidul Regency.
Not the coronation night, according to Upik, the most memorable experience during the Dimas-Diajeng selection process was during quarantine. During the quarantine period, Upik gained a lot of knowledge ranging from tourism, culture, regional specialties, public speaking, and others. This increased Upik's knowledge and Upik learned a lot of new things during the quarantine period.
In addition to the most memorable moments, Upik also said that she had difficulty in time management. Because of the tight timeline of the selection process, Upik had to adjust her lecture schedule at UGM with her other activities. However, fortunately Upik was able to go through everything smoothly by making a priority scale.
Even though she has been named Diajeng Gunungkidul 2025, Upik realizes that she is still part of the UGM Javanese Language, Literature, and Culture students. Therefore, Upik wants to contribute a lot to her study program. She wants to do several things; become a writer or participant in the Ubud Writers & Readers Festival in Bali, become a talent or production team in the Gugur Gunung activity, and maybe take part in a competition to bring the name of the study program. In addition, Upik also has an ambition to be able to write her own anthology.
Wow, it seems like Upik has so many desires and ambitions! Hopefully, all of Upik's ambitions can be achieved smoothly without any significant obstacles. With this story, hopefully other students will also be motivated to do what they like and develop themselves even more!
Noviyanti Alfitri (NIM 24/533646/SA/22795), mahasiswa angkatan 2024 program studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dinobatkan sebagai Diajeng Gunungkidul 2025 pada akhir bulan Februari lalu. Diajeng adalah representasi dari pemudi dari suatu kabupaten—dalam hal ini, Kabupaten Gunungkidul—terkhusus dalam bidang pariwisata. Biasanya Diajeng dipasangkan dengan Dimas (sebagai representasi pemuda). Mereka melakukan promosi pariwisata alam dan berbasis budaya yang ada di kabupatennya serta menjadi ikon pemuda-pemudi.
Proses seleksi pemilihan ikon Dimas-Diajeng ini dimulai dari bulan Desember 2024 lalu. Diawali dari seleksi berkas dan administrasi, seleksi tertulis, seleksi wawancara, lalu pengumuman 15 finalis yang dikarantina, dan dinobatkan secara resmi di malam penobatan pada tanggal 22 Februari 2025.
Sebagai penyandang titel Diajeng Gunungkidul, Noviyanti atau yang akrab dipanggil Upik ini memiliki tanggung jawab utama yaitu membantu bidang pemasaran di Dinas Pariwisata dalam promosi pariwisata yang ada di kabupaten Gunungkidul.
Bukan malam penobatan, menurut Upik, pengalaman paling berkesan selama menjalani proses seleksi Dimas-Diajeng ini malah saat karantina. Di masa karantina, Upik mendapatkan banyak sekali ilmu mulai dari materi kepariwisataan, kebudayaan, keistimewaan daerah, public speaking, dan lain-lain. Hal ini membuat pengetahuan Upik bertambah banyak dan Upik belajar hal-hal baru dalam masa karantina tersebut.
Selain momen paling berkesan, Upik juga menceritakan bahwa ia sempat merasakan kesusahan dalam manajemen waktu. Karena linimasa proses seleksi yang padat, Upik harus menyesuaikan diri dengan jadwal kuliahnya di UGM dengan kegiatannya yang lain. Namun, untungnya Upik bisa menjalani semuanya dengan lancar dengan membuat skala prioritas.
Kendati sudah dinobatkan sebagai Diajeng Gunungkidul 2025, Upik menyadari bahwa dia masih bagian dari mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa UGM. Karena itu, Upik ingin banyak berkontribusi untuk program studinya ini. Ia ingin melakukan beberapa hal; jadi penulis atau peserta dalam Ubud Writers & Readers Festival di Bali, menjadi talent atau tim produksi dalam kegiatan Gugur Gunung, dan mungkin mengikuti lomba untuk membawa nama program studi. Selain itu Upik juga memiliki cita-cita untuk bisa menulis antologi miliknya sendiri.
Wah, banyak sekali yaa keinginan dan cita-cita Upik! Semoga semua yang Upik cita-citakan tersebut bisa tercapai dengan jalan yang mulus tanpa halangan berarti. Dengan cerita ini, semoga mahasiswa lainnya juga termotivasi untuk menjalani hal yang disukai dan semakin mengembangkan diri, ya!
College StudentStudent's Work Friday, 28 February 2025
During the 30th Temu Budaya Nusantara (TBN), a new Javanese Language, Literature, and Culture student from the 2024’s batch took part in the competition as a delegate and immediately came out on top! Who is the winner? Let's take a peek at the story!
Ghibran Arsha Daffa' Musaffa' is the 3rd place winner of the Storytelling Competition held at the 30th TBN in 2024. Although Ghibran is a new student, this did not dampen his determination to compete in this national competition. Ghibran said that as soon as he heard that a national storytellers competition would be held and he could represent Universitas Gadjah Mada, he was immediately interested to join.
Initially, the theme he wanted to take was children's games (dolanan anak). Ghibran had even arranged the storyline of the story in such a way. However, after consulting with an elementary school teacher in Yogyakarta, it turned out that the story was considered less relevant to youngster. The teacher finally suggested a romance theme, but it could be connected to culture. Finally, the theme chosen was jathilan. Ghibran stated that this story was inspired by the story of Dr. Inggar Bagus Wibisono. A doctor, jathilan dancer and an Keraton’s abdi dalem all at once. The synopsis of the story is as follows.
There are 2 college students who are dating named Joko and Wati. Wati is said to like things that have to do with culture and has the opinion that she must take part in preserving and maintaining culture, especially Yogyakarta culture. The peak of the conflict takes place in Malioboro where Joko finally finds out that Wati is a jathilan player. Here Joko represents the thoughts of the people who like to swallow the stigma about jathilan raw. However, Wati still chooses to break up with Joko and preserves the jathilan dance and becomes a skilled dancer, to the point of being nicknamed Nyai Rangga Wati.
However, there is a unique fact, namely that Ghibran is actually afraid of jathilan! Even now, when he hears the accompaniment of jathilan gamelan, he still feels nervous because in the past there was an incident where a jathilan dancer almost wanted to enter his house, hihihi. So the process of making this fairy tale is one of Ghibran's ways to get out of his comfort zone. For the sake of this fairy tale, Ghibran was willing to observe and interview female jathilan figures.
Ghibran got a lot of things from this TBN XXX event. Ghibran is grateful because he became brave enough to try new things and put aside his fear. Ghibran also got new friends, even from Bali. Although at the beginning of the event Ghibran felt afraid, because of his father, Ghibran was convinced to try his best because winning or losing is a later matter.
From Ghibran we can learn that in order to achieve what we want, we must put in a lot of effort. In addition, as young people, Ghibran gives an example that we can create cultural-themed works and clear the negative stigma that has been attached to the culture. Finally, there is a message from Ghibran that young people should not be ashamed to preserve their own culture. Because if we don't preserve it, who else will?
Karya MahasiswaSDGS Friday, 28 February 2025
Pada saat diselenggarakannya Temu Budaya Nusantara (TBN) XXX lalu, ada seorang mahasiswa baru Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa angkatan 2024 yang mengikuti lomba sebagai delegasi dan langsung muncul sebagai juara 3 loh! Siapakah pemenang tersebut? Yuk, intip ceritanya!
Ghibran Arsha Daffa’ Musaffa’ adalah pemenang juara 3 Lomba Dongeng yang diselenggarakan dalam acara TBN XXX tahun 2024 lalu. Kendati Ghibran adalah seorang maba atau mahasiswa baru, hal ini tidak menyurutkan tekadnya untuk bersaing dalam lomba yang digelar secara nasional ini. Ghibran bercerita bahwa begitu ia mendengar bahwa akan diselenggarakan lomba dongeng di jenjang nasional dan bisa mewakili Universitas Gadjah Mada, ia langsung tertarik untuk ikut.
Awalnya, tema yang ingin diambil adalah dolanan anak. Ghibran bahkan sudah menyusun alur dongengnya sedemikian rupa. Namun, setelah berkonsultasi dengan seorang guru SD di Yogyakarta, ternyata cerita tersebut dinilai kurang relevan dengan anak muda. Guru tersebut akhirnya menyarankan tema percintaan, namun bisa dihubungkan dengan budaya. Finalnya, tema yang diambil adalah jathilan. Ghibran menyatakan bahwa kisah ini terinspirasi dari kisah dr. Inggar Bagus Wibisono. Seorang dokter sekaligus penari jathilan dan abdi dalem keraton. Adapun sinopsis dongeng tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.
Ada 2 orang mahasiswa yang berpacaran bernama Joko dan Wati. Wati diceritakan suka hal-hal berbau budaya dan memiliki anggapan bahwa ia harus ikut andil dalam menjaga dan melestarikan budaya, terutama budaya Yogyakarta. Puncak konfliknya mengambil latar di Malioboro dimana akhirnya Joko mengetahui bahwa Wati adalah pemain jathilan. Disini Joko mewakili pikiran masyarakat yang suka menelan mentah-mentah stigma tentang jathilan. Namun Wati tetap memilih untuk putus dari Joko dan melestarikan tarian jathilan dan menjadi penari yang handal, sampai dijuluki sebagai Nyai Rangga Wati.
Namun ada fakta unik yaitu Ghibran ternyata sebenarnya takut jathilan, loh! Bahkan sampai saat ini apabila mendengar iringan gamelan jathilan ia masih merasa gugup karena dahulu pernah ada kejadian penari jathilan yang hampir mau masuk rumahnya, hihihi. Jadi proses pembuatan dongeng ini adalah salah satu bentuk Ghibran untuk keluar dari zona nyamannya. Demi dongeng ini, Ghibran rela mengobservasi dan mewawancarai tokoh jathilan perempuan.
Banyak sekali hal yang didapat Ghibran dari acara TBN XXX ini. Ghibran bersyukur karena ia menjadi berani mencoba hal-hal baru dan mengesampingkan rasa takut. Ghibran juga mendapat teman-teman baru, bahkan dari Bali. Meskipun di awal acara Ghibran merasa takut, namun karena ayahnya, Ghibran diyakinkan untuk berusaha yang terbaik karena menang atau kalah itu urusan belakangan.
Dari Ghibran kita bisa belajar, bahwa demi meraih apa yang kita mau, besar sekali usaha atau effort yang juga harus kita keluarkan. Selain itu, sebagai anak muda, Ghibran memberi contoh bahwa kita bisa membuat karya bertema budaya dan membersihkan stigma negatif yang selama ini menempel pada budaya tersebut. Terakhir, ada pesan dari Ghibran yaitu anak muda tidak boleh malu untuk melestarikan budayanya sendiri. Karena jika bukan kita yang melestarikan, siapa lagi?
College StudentSDGSStudent's Activity Thursday, 27 February 2025
Finally, the 2024 management period has ended! However, this does not mean that the journey of the Javanese Language, Literature, and Culture Student Family Department (HMJ KAMASTAWA) has also ended. The transfer of positions event last Monday (February 24th, 2025) marked the birth of a new cabinet from HMJ KAMASTAWA. This cabinet consists of 6 core administrator members, 7 division heads, and 2 sub-division heads. Here is the latest formation of the HMJ KAMASTAWA management:
Chairperson: Dwiyan Teguh Darmawan (NIM 23/519302/SA/22506)
Deputy Chairperson: Fega Achillea Maydena (NIM 23/519618/22510)
Secretary I: Bekti Rismawati (23/516569/SA/22318)
Secretary II: Nurcholish Ramadhan (NIM 24/538281/SA/23048)
Treasurer I: Nisrina Dyah Malini (NIM 23/521748/SA/22679)
Treasurer II: Arfia Kholifatul Ummamah (NIM 24/543100/SA/23361)
Head of PSDM Division: Pingky Putri Khairani (NIM 23/516628/SA/22326)
Head of Medinfo Division: Talitha Ulayya Iskandar (NIM 23/519645/SA/22511)
Head of Scientific Division: Meifira Arini Pitaloka (NIM 23/519246/SA/22498)
Head of Entrepreneurship Division: Erlinda Azzahra Rahmadani (NIM 23/516700/SA/22334)
Head of Social Division: Nadiffa Setya Nugraheni (NIM 23/522757/SA/22755)
Head of PR Division: Alfi Nurmaliasari (NIM 23/520908/SA/22617)
Head of Interest and Talent Division: Lakshita Pradnya Dayinta (NIM 23/516081/SA/22308)
Sub-Head of Interest and Talent Division: Audrey Gizella Islamey (NIM 23/515221/SA/22254)
Sub-Head of Interest and Talent Division: Muhammad Rizki Saputro (NIM 23/521240/SA/22647)
When inaugurated and officially held the responsibility, the advisor of HMJ KAMASTAWA, Mr. Rudy Wiratama, S.I.P, M.A., gave several important messages. One of them was the message that HMJ Manager students should not be fixated on routines alone. In addition, he also advised not to give in to the stigma that 'Javanese people are lazy'. Javanese Language, Literature, and Culture students should actually be able to show the opposite, namely punctual, diligent, and hardworking.
In addition, Mrs. Dr. Dra. Daru Winarti, M.Hum. as the Head of the Study Program also gave advice that students must carry out their responsibilities with a happy heart. Because if the heart is happy, other people can see the peace within us.
The event ended with the signing of the minutes and the reading of the oath of office. Thus, the new HMJ KAMASTAWA management has been officially formed. Good luck with your duties!
Kegiatan MahasiswaMahasiswaSDGS Thursday, 27 February 2025
Akhirnya periode kepengurusan tahun 2024 berakhir juga! Namun, ini bukan berarti perjalanan Himpunan Mahasiswa Jurusan Keluarga Mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa (HMJ KAMASTAWA) ikut berakhir. Serah terima jabatan Senin lalu (24 Februari 2025) menandai lahirnya kabinet baru dari HMJ KAMASTAWA. Kabinet ini terdiri dari 6 orang PH Inti, 7 orang kepala divisi, dan 2 orang sub-kepala divisi. Berikut adalah formasi terbaru dari pengurus HMJ KAMASTAWA:
Ketua Umum: Dwiyan Teguh Darmawan (NIM 23/519302/SA/22506)
Wakil Ketua Umum: Fega Achillea Maydena (NIM 23/519618/22510)
Sekretaris I: Bekti Rismawati (23/516569/SA/22318)
Sekretaris II: Nurcholish Ramadhan (NIM 24/538281/SA/23048)
Bendahara I: Nisrina Dyah Malini (NIM 23/521748/SA/22679)
Bendahara II: Arfia Kholifatul Ummamah (NIM 24/543100/SA/23361)
Kepala Divisi PSDM: Pingky Putri Khairani (NIM 23/516628/SA/22326)
Kepala Divisi Medinfo: Talitha Ulayya Iskandar (NIM 23/519645/SA/22511)
Kepala Divisi Keilmuan: Meifira Arini Pitaloka (NIM 23/519246/SA/22498)
Kepala Divisi Kewirugistik: Erlinda Azzahra Rahmadani (NIM 23/516700/SA/22334)
Kepala Divisi Sosmas: Nadiffa Setya Nugraheni (NIM 23/522757/SA/22755)
Kepala Divisi RPO: Alfi Nurmaliasari (NIM 23/520908/SA/22617)
Kepala Divisi Mikat: Lakshita Pradnya Dayinta (NIM 23/516081/SA/22308)
Sub-Kepala Divisi Mikat: Audrey Gizella Islamey (NIM 23/515221/SA/22254)
Sub-Kepala Divisi Mikat: Muhammad Rizki Saputro (NIM 23/521240/SA/22647)
Saat dilantik dan sah untuk menyangga tanggung jawab tersebut, pembina HMJ KAMASTAWA, Pak Rudy Wiratama, S.I.P, M.A., memberi beberapa pesan penting. Salah satunya adalah pesan bahwa mahasiswa pengurus HMJ tidak boleh terpaku pada rutinitas saja. Selain itu beliau juga berpesan, jangan pasrah pada stigma bahwa ‘orang Jawa itu pemalas’. Mahasiswa Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa justru seharusnya bisa menunjukkan hal sebaliknya yaitu berperilaku tepat waktu, tekun, dan rajin.
Selain itu, Bu Dr. Dra. Daru Winarti, M.Hum. selaku Ketua Prodi juga menyampaikan nasihat bahwa mahasiswa harus menjalani tanggung jawab dengan hati yang bahagia. Karena apabila hati bahagia, orang lain bisa melihat kedamaian dalam diri kita.
Acara diakhiri dengan penandatanganan berita acara dan pembacaan sumpah jabatan. Dengan demikian, telah sah terbentuknya kepengurusan HMJ KAMASTAWA yang baru. Selamat mengemban tugas!
College StudentNews Tuesday, 18 February 2025
Studying and understanding ancient manuscripts may sound complicated to some people. However, in the Codicology course taught by Dr. Sri Ratna Saktimulya, M. Hum., we can understand it better from a fun side!
Codicology itself is a course that focuses on the science of dealing with the physical condition of manuscripts. So basically here, students will study the physical condition of manuscripts in terms of materials, size, paper and everything related to the physical nature of the manuscript, as well as the elements in the text, such as illumination, stamps, script, and others.
On Monday, February 17, 2025, Mrs. Sakti entered the Codicology class bringing a new learning method for students. In this second meeting, students conducted a case study. The case given was the analysis of a manuscript. However, what was different here was the object of study. The object that became the example of the manuscript was the student himself.
There were 5 students who were chosen to be the 'objects of study', while their friends formed groups to discuss and analyze each of the objects. The things that were asked to be described included manuscripts, texts, and history.
An example of the requested script analysis is a physical description of the object of study. For example, in that day's meeting, according to the 'script', the object had curly hair, was 165 cm tall, had narrow eyes, had brown skin, and so on. Then in text, students could describe that the object was shy, kind, liked to show off, and so on. Finally, historically, students were asked to mention the life journey of 'the script' such as year of birth, parents, home address, age, and et cetera.
By imagining things like this, students can understand better how to analyze and describe scripts more concretely. And in the future, students are expected to be more enthusiastic about dissecting Javanese Literature scripts so that the essence of the script can be conveyed to the public.
Mendalami dan memahami naskah kuno mungkin terdengar ribet bagi sebagian orang. Namun di dalam mata kuliah Kodikologi yang diampu Bu Dr. Sri Ratna Saktimulya, M. Hum., kita jadi bisa lebih memahaminya dari sisi yang menyenangkan, loh!
Kodikologi sendiri merupakan mata kuliah yang berfokus pada ilmu menangani masalah kondisi fisik naskah (manuskrip). Jadi pada dasarnya di sini, mahasiswa akan mempelajari fisik naskah dari segi bahan, ukuran, kertas dan segala hal yang berkaitan dengan fisik naskah, serta unsur-unsur yang ada pada teks, misalnya iluminasi, stempel, aksara, dan lain-lain.
Pada Senin, 17 Februari 2025, Bu Sakti masuk ke kelas Mata Kuliah Kodikologi membawa metode pembelajaran yang baru bagi mahasiswa. Di pertemuan kedua ini, mahasiswa melakukan suatu studi kasus. Kasus yang diberikan adalah analisis suatu manuskrip. Namun, yang berbeda disini adalah objek kajiannya. Objek yang menjadi percontohan manuskrip adalah mahasiswa itu sendiri.
Terdapat 5 mahasiswa yang dipilih untuk menjadi ‘objek kajian’, sedangkan teman-temannya membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikan dan menganalisis objek masing-masing dari objek tersebut. Adapun hal-hal yang diminta untuk dideskripsikan di antaranya adalah pernaskahan, teks, dan kesejarahan.
Contoh analisis pernaskahan yang diminta adalah deskripsi fisik dari objek kajian. Misal dalam pertemuan hari itu, secara ‘naskah’, objeknya berambut keriting, tinggi 165 cm, bermata sipit, memiliki warna kulit sawo matang, dan lain-lain. Kemudian secara teks, mahasiswa bisa mendeskripsikan bahwa si objek memiliki sifat pemalu, baik hati, suka pamer, dan lain-lain. Terakhir, secara kesejarahan, mahasiswa diminta menyebutkan perjalanan hidup ‘sang naskah’ seperti tahun lahir, orang tua, alamat rumah, umur, dan sebagainya.
Dengan mengandai-andai seperti ini, mahasiswa jadi lebih bisa memahami cara menganalisis dan mendeskripsikan naskah dengan lebih konkret. Dan ke depannya mahasiswa diharapkan bisa lebih bersemangat untuk membedah naskah-naskah Sastra Jawa supaya intisari naskah tersebut bisa tersampaikan ke khalayak ramai.
College StudentSDGSStudent's Activity Tuesday, 11 February 2025
After conducting a series of registrations and member selection of the Students Association, finally on Monday, February 10th 2025, the Family of Javanese Language, Literature, and Culture Students (KAMASTAWA) held the first gathering for the new members of the association. This meeting was held in room 303 of the Margono Building, Faculty of Cultural Sciences in the afternoon after the class was finished.
The purpose of this First Gathering is to familiarize all members of HMJ Kamastawa so that in the future they will have a good and close relationship with each other. Familiarity and personal closeness can also support the performance and cooperation between members in an organization.
The event began with an opening by the MC, then continued with the introduction of the division heads and their members. After that, each division briefly presented its work program. After all divisions presented their work program plans, the event continued with an exchange of gifts and simple games. This event can be said to have run smoothly and had a warm atmosphere because of the enthusiasm of the new members. And in this First Gathering, each division was also asked to wear a certain color to distinguish between one division and another.
The First Gathering was relaxed and fun because it involved a bonding process without seniority walls between the 2023 and 2024 classes. It is important to eliminate the sense of seniority to foster a sense of kinship. Ultimately, this sense of kinship will bring a comfortable and safe organizational atmosphere for all its members.
It is hoped that with this activity, the work programs that will be held by HMJ Kamastawa in the future can run smoothly without significant obstacles. It is also hoped that the dynamics and cooperation between division members can flow without obstacles.